Senin 22 Nov 2021 06:41 WIB

Jakarta Muslim Fashion Week Diharap Majukan Fashion Lokal

Indonesia merupakan pasar yang potensial bagi industri fesyen muslim

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Model mengenakan busana rancangan mahasiswa Institut Seni Indonesia Denpasar dalam Embracing Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2021 di Aquatic Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Kamis (18/11). Sebanyak 15 calon desainer dari sejumlah perguruan tinggi di Indonesia ikut menampilkan rancangan busana saat gelaran JMFW 2021 di GBK. selain itu JMFW juga menampilkan busana-busana Muslim hasil karya 12
Foto: Republika/Thoudy Badai
Model mengenakan busana rancangan mahasiswa Institut Seni Indonesia Denpasar dalam Embracing Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2021 di Aquatic Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Kamis (18/11). Sebanyak 15 calon desainer dari sejumlah perguruan tinggi di Indonesia ikut menampilkan rancangan busana saat gelaran JMFW 2021 di GBK. selain itu JMFW juga menampilkan busana-busana Muslim hasil karya 12

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Angela Tanoesoedibjo mengapresiasi pelaksanaan Embracing Jakarta Muslim Fashion Week 2021 pada akhir pekan lalu sebagai momentum memajukan industri fesyen lokal khususnya di segmen busana muslim.

"Ini langkah yang nyata mewujudkan Indonesia sebagai pusat produk-produk halal dunia, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui pengembangan industri fesyen muslim dan kosmetika halal di pasar lokal maupun global," kata Angela dalam keterangan resminya dikutip Republika.co.id, Senin (22/11).

Angela menambahkan, Indonesia merupakan pasar potensial bagi industri fesyen muslim. Mengingat, Indonesia merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia yaitu sekitar 231 juta jiwa atau setara 13 persen dari populasi Muslim dunia.

"Selain itu, jumlah generasi milenial dan generasi Z di Indonesia juga mendominasi di angka 53 persen. Sehingga dengan populasi Muslim yang besar dan muda, peluang terbuka sangat besar untuk pertumbuhan industri kreatif Muslim, termasuk industri fesyen," katanya.

Angela mengungkapkan, dengan didukung keberagaman budaya Indonesia, tingkat kreativitas sumber daya manusia yang tinggi, dan kemampuan beradaptasi terhadap nilai-nilai berkelanjutan, Indonesia dapat menjadi trend setter dalam industri fesyen global.

Berdasarkan data State of Global Islamic Economy Report 2018, Indonesia menempati peringkat ketiga dalam pertumbuhan industri fesyen Muslim di  dunia setelah Uni Emirat Arab dan Turki dengan transaksi mencapai nilai 21 miliar dolar AS.

Angela juga mengajak pelaku fesyen Muslim segera beradaptasi dengan proses digitalisasi dalam bertransaksi dan memasarkan produknya. Karena pada masa pandemi Covid-19 ini, tantangan yang ada di hadapan pelaku industri fesyen Muslim adalah kemampuan beradaptasi lebih cepat dengan transaksi digital.

Sepanjang 2020, transaksi perdagangan digital di Indonesia mencapai lebih dari Rp 253 triliun dan diperkirakan meningkat menjadi Rp 330,7 triliun pada 2021.

"Datangnya berbagai permintaan konsumen baik domestik maupun global pasti akan sangat dipengaruhi teknologi, jadi kita perlu memanfaatkan teknologi dalam meningkatkan nilai tambah produk dan efisiensi usaha, sehingga kita bisa memberikan karya dan solusi terbaik bagi masyarakat," ungkap Angela.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement