REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyatakan optimistis perekonomian nasional pada tahun depan lebih baik dari tahun ini. Adapun indikator tersebut dapat dilihat dari penilaian beberapa lembaga internasional seperti IMF, World Bank, OECD, dan ADB, yang memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 4,8 persen sampai 5,9 persen year on year (YoY) pada 2022.
"Kita tetap harus waspada dan tidak boleh lengah dalam mengantisipasi berbagai faktor ketidakpastian yang masih membayangi pemulihan ekonomi global," ujar Anggota Dewan Komisioner LPS Didik Madiyono dalam keterangan resmi, Jumat (19/11).
Menurut Didik, faktor tersebut antara lain adanya mutasi varian baru Covid-19 seperti varian Delta Plus, potensi tapering di negara-negara maju, energy crunch, dan mulai meningkatnya inflasi di beberapa negara karena supply chain constraint.
Hal lain yang menumbuhkan optimisme tersebut, lanjut Didik, antara lain juga dapat dilihat dari Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Oktober 2021 yang naik ke level 57,2 dari bulan sebelumnya sebesar 52,2. Level PMI Indonesia pada Oktober telah menembus rekor tertinggi Indonesia sejak April 2011 dan saat ini merupakan yang tertinggi di ASEAN-7, sedangkan neraca perdagangan Indonesia Oktober 2021 juga mengalami surplus 5,73 miliar dolar AS.
"Berbagai indikator lainnya seperti indeks keyakinan konsumen, penjualan ritel, dan penjualan semen seluruhnya juga menunjukkan tren perkembangan yang positif," kata Didik.
Dari sisi intermediasi keuangan, kredit perbankan juga sudah tumbuh positif selama empat bulan terakhir sejak Juni 2021. Pada September 2021, kredit perbankan tumbuh 2,21 persen, sehingga pertumbuhan positif ini terjadi baik dari sisi kredit konsumsi, modal kerja, maupun investasi.
Didik menuturkan, berbagai paket kebijakan yang dikeluarkan oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pun telah menunjukkan hasil positif, yang tampak dari pertumbuhan ekonomi kuartal III 2021 tumbuh 3,51 persen jika dibandingkan kuartal III 2020 atau 1,55 persen jika dibandingkan kuartal II 2021.
"Perkembangan tersebut semakin memperkuat indikasi bahwa Indonesia telah keluar dari ancaman resesi dan mampu untuk kembali pulih dengan waktu yang lebih cepat lagi," ucap Didik.