REPUBLIKA.CO.ID, Dedy Darmawan Nasution, Iit Septyaningsih
JAKARTA -- Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, mengatakan, peningkatan ekspor yang dicatat sepanjang Oktober 2021 didorong oleh supercycle komoditas dunia. Yakni adanya fluktuasi harga yang cenderung meningkat sehingga berdampak pada peningkatan nilai ekspor.
“Peningkatan kinerja ekspor produk tersebut didorong oleh komoditas supercycle yang membuat harga komoditas ekspor utama Indonesia mencapai level tinggi," kata Lutfi dalam keterangannya, Kamis (18/11).
Nilai ekspor nasional sepanjang bulan Oktober 2021 tembus 22,03 miliar dolar AS. Capaian tersebut merupakan nilai tertinggi sepanjang sejarah.
Nilai ekspor pada Oktober lalu mengalami kenaikan 6,89 persen dari posisi September 2021 (month to month/mtm). Selain itu juga meningkat signifikan dibanding Oktober 2020 (year on year/yoy) sebesar 53,35 persen.
Adapun nilai ekspor migas pada Oktober mencapai 1,03 miliar dolar AS sementara ekspor nonmigas sebesar 21 miliar dolar AS.
Sementara itu, Lutfi menambahkan, ekspor produk manufaktur Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang ekspansif pada Oktober lalu sejalan dengan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sejumlah daerah.
"Purchasing Manager’s Index (PMI) Indonesia menempati posisi tertinggi dengan nilai 57,2 poin dibanding dengan negara ASEAN lainnya,” jelas Lutfi.
Pada Oktober 2021, kontributor ekspor nonmigas terbesar Indonesia masih berasal dari China dengan nilai 5,93 miliar dolar AS. Kenaikan ini diikuti AS senilai 2,34 miliar dolar AS, dan Jepang senilai 1,41 miliar dolar AS.
Pertumbuhan ekspor nonmigas Oktober 2021 secara signifikan terjadi di beberapa negara. Negara tersebut di antaranya Mesir naik 97,14 persen; Arab Saudi naik 40,90 persen, Belgia 34,98 persen, China 30,45 persen, dan Perancis 29,52 persen.
Secara kumulatif, kinerja ekspor Januari-Oktober 2021 tercatat sebesar 186,32 miliar dolar AS atau naik 41,80 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini dipengaruhi ekspor nonmigas yang naik menjadi 176,47 miliar dolar AS atau 41,26 persen, diikuti ekspor migas yang naik menjadi 9,85 miliar dolar AS atau 52,23 persen.
Pada periode tersebut, beberapa produk utama Indonesia yang mengalami peningkatan ekspor. Produk tersebut antara lain bijih, terak, dan abu logam (HS 26) sebesar 136,01 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, timah dan barang daripadanya (HS 80) 104,57 persen, besi dan baja (HS 72) naik 98,39 persen, berbagai produk kimia (HS 38) 85,00 persen, bahan bakar mineral (HS 27) 81,55 persen, dan lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) 73,42 persen.