REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, digitalisasi merupakan salah satu sarana untuk mengakselerasi transformasi menuju ekonomi baru. Teknologi digital telah membuka kemungkinan kolaborasi yang lebih besar di antara para pemangku kepentingan ekonomi dalam rangka memperluas perdagangan, menciptakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan akses ke layanan publik.
"Digitalisasi merupakan sarana mempercepat transformasi menuju ekonomi baru dengan nilai tambah dan daya saing yang lebih tinggi," kata Menko Airlangga dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Rabu (10/11).
Momentum ini harus dimanfaatkan untuk mempercepat proses transformasi digital. Nilai ekonomi digital Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) telah melampaui 100 miliar dolar AS dan diprediksi akan meningkat tiga kali lipat menjadi lebih dari 300 miliar dolar AS pada tahun 2025.
Penggerak utama ekonomi digital ASEAN tersebut adalah e-commerce, lalu diikuti transportasi dan pengiriman makanan, media online, dan travel. Selain juga healthtech dan edutech yang kini berkembang menjadi sektor yang menjanjikan.
Untuk ekonomi digital Indonesia tercatat sebesar 44 miliar dolar AS dan menjadi yang tertinggi di ASEAN. Angka tersebut diperkirakan akan terus tumbuh hingga delapan kali lipat pada 2030.
Sedangkan, kontribusi terbesar bagi ekonomi digital Indonesia berasal dari transaksi e-commerce yang pada 2025 diproyeksikan meningkat hingga 32 miliar dolar AS dengan tingkat pertumbuhan 54 persen.
"Perkembangan ekonomi digital di Indonesia juga dapat dilihat dari total investasi pada platform digital yakni sekitar 38,7 persen, jumlah terbesar di Asia Tenggara. Sektor strategis yang menjadi kekuatan baru ekonomi digital antara lain agritech, fintech, edutech, dan healthtech," ungkap Airlangga.
Akselerasi agritech tecermin dari perkembangan Tanihub, salah satu start up agritech terkemuka di Indonesia. Perkembangan fintech juga terlihat dari penyaluran pinjaman peer to peer (P2P) per Maret 2020 tercatat sebesar 7 miliar dolar AS.
Sedangkan peningkatan di sektor edutech terlihat dari pertumbuhan pengguna yang mencapai 200 persen pada 2020. Adapun untuk sektor healthtech perkembangannya terlihat dari meningkatnya pengguna Halodoc, salah satu penyedia teknologi kesehatan terkemuka di Indonesia.