REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan ribu wisatawan diperkirakan akan tiba di Thailand, setelah negara itu mengizinkan lagi turis memasuki Thailand pascapembatasan Covid-19 selama 18 bulan. Turis dari 60 negara yang sudah divaksinasi diizinkan masuk Thailand dan menghindari karantina hotel.
Sementara itu, Thailand mencatat masih ada sekitar 10 ribu infeksi Covid-19 setiap hari. Dilansir dari BBC, pemandu wisata Chaiyagorn Boonyapak mengatakan, keputusan ini seperti cahaya di ujung terowongan. Ketika dua tahun lalu dia dan rekan-rekan pemandu wisata lainnya tidak bisa bekerja.
Hanya saja, dia dan rekan-rekannya belum dihubungi oleh pelanggan dan perusahaan tur. Menurutnya, itu bisa memakan waktu satu bulan sampai tur kembali aktif dan berjalan lagi.
"Kami tidak tahu apakah (pemerintah) benar-benar dapat membuka negara dengan lancar, tetapi saya harap mereka dapat melakukannya. Kami sangat ingin kembali bekerja lagi," kata Boonyapak.
Pandemi Covid-19 telah memukul ekonomi Thailand, yang sebelumnya menarik 40 juta wisatawan per tahun. Tahun lalu, kedatangan wisatawan turun lebih dari 80 persen.
Sementara, jumlah wisatawan diperkirakan akan melonjak hingga 15 juta tahun depan, menghasilkan lebih dari 30 miliar dolar AS. Namun, sebagian besar negara masih menghadapi pembatasan, dengan hanya sekitar 42 persen dari populasi yang divaksinasi lengkap.
Bandara Bangkok dan Phuket mulai menerima warga dari antara yang negara-negara yang dibuka, termasuk Inggris, Cina, Jepang, AS, dan sebagian besar Eropa. Pemerintah Thailand memperkirakan pendapatan sektor pariwisata akan pulih ke tingkat pra-pandemi pada 2023, meskipun banyak pakar industri mengatakan penutupan perbatasan China yang sedang berlangsung akan menghambat pemulihan sektor tersebut. Sebab, turis-turis Cina menyumbang angka tertinggi turis pada 2019.
Wiwan Siriwasaeree, pemilik TALES Khaosan, sebuah hostel kecil di jantung jalan wisata terkenal di Bangkok, Khaosan Road, tidak optimistis tentang prospek pariwisata pulih ke tingkat pra-pandemi.
"Kami khawatir setelah kami membiarkan turis masuk dan kasus baru Covid-19 melonjak lagi, apakah kami akan melakukan penguncian lagi? Saya tidak begitu yakin dengan situasinya," kata Siriwasaeree.
Peeti Kulsirorat, pemilik restoran di daerah itu, juga khawatir pengunjung akan memicu lonjakan kasus. Dimana kemudian industri pariwisata dikhawatirkan akan kembali disalahkan menjadi kambing hitam.
Kulsirorat mengatakan, pembatasan yang sedang berlangsung, termasuk ketidakmampuan untuk menjual alkohol di sebagian besar negara akan berdampak negatif pada liburan orang.
"Pengalaman pariwisata yang lengkap harus datang dalam paket suasana dan kenyamanan. Jika mereka datang ke sini dan banyak hal dilarang dan ditutup, apa gunanya datang ke sini? Ini pada akhirnya akan melambat dan orang-orang akan mulai bosan dengan semua batasan," ucapnya.