REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Biro Humas dan Informasi Publik melakukan sosialisasi Suara Kementan pada internal dan kalangan praktisi kehumasan. Program ini merupakan bentuk grand design strategi komunikasi untuk mengkoordinasikan sumberdaya yang ada untuk memberikan informasi yang lebih deras, akurat dan efektif. Dengan harapan makin terbukanya akses informasi program dan kinerja yang sedang dijalankan.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri, mengatakan Suara Kementan adalah strategi untuk menguatkan narasi dari sektor pertanian untuk semua program dan kegiatan yang dilakukan dapat dipahami publik secara baik.
"Saya kira isu pertanian menjadi perhatian serius dan sorotan yang sangat intens dari media dan diskusi yang hangat di medsos. Nah kita ingin jawaban yang kita berikan kian akurat, lantang dan masif, dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada" ujar Kuntoro, seperti dalam siaran pers, Ahad (24/10).
Kuntoro mengatakan, Suara Kementan adalah semangat aksi bersama sebagai satu kesatuan kanal informasi yang ada. "Saya ingin ke depan informasi publik yang dihasilkan adalah informasi yang lantang, jernih, satu kesatuan dalam satu aksi satu suara. Sinergi kehumasan kementan, sehingga tidak ada lagi jawaban yang parsial," katanya.
Sebagai dukungan terhadap grand design ini, Pimpinan Redaksi (Pimred) Republika Irfan Junaidi mengatakan bahwa Suara Kementan adalah platform yang harus didukung oleh semua pihak untuk menciptakan iklim informasi yang sehat.
"Intinya kita harus menyatukan hati. Apalagi humas ini kan ujungnya informasi Kementan yang harus menajamkan informasi publik," katanya.
Bagi media Republika, isu pertanian adalah menu utama pemberitaan yang harus disajikan kepada masyarakat secara komprehensif. Isu ini menjadi penting karena berkaitan dengan kehidupan manusia.
"Isu Kementan itu sangat dasar, prinsipil dan penting. Apalagi isu ini menyangkut kehidupan. Nah, Suara Kementan adalah gagasan cerdas yang sangat bagus dan harus kita support. Suara kementan sangat efektif untuk memenuhi informasi masyarakat," katanya.
Sementara itu, Akademisi sekaligus Peneliti Komunikasi dari Universitas Tirtayasa Yoki Yusanto mengatakan, dalam ilmu komunikasi publik selama ini mengenal buzzer sebagai kelompok pendistribusian informasi yang sering dianggap negatif.
"Padahal buzzer dalam komunikasi juga dianggap sebagai kelompok positif yang mendapat payung aturan dari pemerintah. Jadi tidak selamanya buzzer negatif. Untuk itu saya berharap ada banyak buzzer yang mencerahkan informasi positif di pemerintah, termasuk di pertanian," katanya seperti dalam siaran pers.
Yoki menilai segi keberhasilan program pemerintah yang seringkali secara sengaja diganggu kelompok tertentu dengan menggunakan senjata media sosial. Namun disisi lain pemerintah pada dasarnya juga bisa menggunakan buzzer positif, yaitu dengan mencerahkan program kerja nyata melalui media mainstream.
"Mitigasi di media sosial itu harus aktif dilakukan, dan pemerintah harus mencerahkan informasi positif pada publik," tutupnya.