REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Potensi sumber daya air di Sulawesi Selatan tercatat terbanyak mendukung pengadaan fasilitas Energi Baru Terbarukan (EBT).
Hal itu dikemukakan Kasubdit Pengawasan Pengembangan Infrastruktur EBTKE, Kementerian ESDM, Mustaba Ari Suryoko menanggapi potensi EBT di wilayah Timur Indonesia, khususnya Sulsel, Jumat (22/10). EBT tercatat sebagai penyumbang tertinggi penurunan emisi karbondioksida yakni 34,29 juta ton CO2 pada 2020 dibandingkan aksi mitigasi lainnya untuk menurunkan penyebab efek rumah kaca.
Sementara potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sulsel berdasarkan data ESDM Sulsel dinilai cukup besar. Kemampunnya menghasilkan daya sengat hingga 2.946,8 Megawatt (MW).
Adapun jumlah Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Sulsel yang didanai dari APBD dan DAK sejak 2011 - 2019 sebanyak 26 unit dengan jumlah yang menerima aliran listrik sebanyak 3.824 KK dan akan terus berkembang. Sedangkan untuk pembangunan PLTMH melalui dana APBN dari 2011-2017 sebanyak 6 unit dengan jumlah sengatan listrik ke 565 KK.
Salah satu PLTMH itu berada di Dusun Balantieng, Desa Bontotengnga, Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai, Sulsel. Menurut Kepala Desa Bontotengnga Kaswan Mahmud, keberadaan PLTMH sudah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat pada 2017 setelah pencanangan 2016 di Dusun Balantieng atau salah satu dari empat dusun yang dibawahi Desa Bontotengnga.
Hal itu diakui petugas PLTMH, Sudirman yang rumahnya sudah teraliri listrik bersama 67 Kepala Keluarga (KK) di Dusun Bontotangnga. Dia mengatakan, pada awal pengoperasian listrik ramah lingkungan itu baru menjangkau 40 KK, namun kini sudah mencapai 68 KK.