Rabu 06 Oct 2021 09:29 WIB

Saham Energi Masih Berjaya, IHSG Dibuka di Zona Hijau

IHSG menguat sebesar 0,41 persen ke level 6.313,65.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan hari ini, Rabu (6/10). IHSG menguat sebesar 0,41 persen ke level 6.313,65.
Foto: Antara/Galih Pradipta
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan hari ini, Rabu (6/10). IHSG menguat sebesar 0,41 persen ke level 6.313,65.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan hari ini, Rabu (6/10). IHSG menguat sebesar 0,41 persen ke level 6.313,65 dibandingkan hari perdagangan kemarin yang berakhir di posisi 6.288,04. 

Penguatan IHSG masih ditopang oleh saham-saham sektor energi seperti ADRO, INDY, MEDC, PTBA hingga ITMG. Selain itu, ada juga ARTO dari sektor perbankan dan UNVR dari sektor barang konsumsi yang mendominasi kenaikan. 

Baca Juga

Phillip Sekuritas Indonesia memperkirakan IHSG akan cenderung menguat pada hari ini sejalan dengan kenaikan bursa utama Wall Street. Semalam DJI ditutup naik sebesar 0,92 persen, S&P 500 melesat 1,05 persen dan Nasdaq menguat 1,25 persen. 

"Indeks saham di Asia pagi ini dibuka naik mengikuti pergerakan indeks sham utama di Wall Street semalam yang menguat tajam karena investor memburu saham-saham di sektor teknologi," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Rabu (6/10). 

Apple, Microsoft dan Alphabet masing-masing naik lebih dari 1 persen. Sementara Facebook rebound 2,1 persen menyusul aksi jual atas saham-saham dengan laju pertumbuhan harga yang tinggi (growth stocks) sehari sebelumnya.

Menurut riset, investor juga menantikan rilis data bulanan pasar tenaga kerja AS. Data pasar tenaga kerja (khususnya NFP) ini dapat mempengaruhi keputusan bank sentral AS (Federal Reserve) mengenai kapan waktu untuk menarik atau mengurangi (tapering) paket stimulus moneter.

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (U.S. Treasury notes) bertenor 10 tahun naik 5 bps menjadi 1,53 persen, tertinggi sejak tanggal 30 September. Data ISM Non-manufacturing Index bulan September naik ke level 61.9 dari level 61.7 di bulan Agustus. 

Menurut riset, kenaikan indeks dibatasi oleh masih berlangsungnya kelangkaan bahan baku dan pekerja sehingga membuat harga-harga berbagai Jasa lebih mahal. Hal ini membentuk ekspektasi bahwa laju inflasi masih akan tinggi dalam beberapa bulan ke depan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement