REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Eropa mengusulkan agar produsen ponsel pintar membuat solusi pengisian daya universal untuk ponsel dan perangkat elektronik lainnya. Usulan ini bertujuan untuk menekan limbah pengisi daya dengan mendorong konsumen menggunakan kembali pengisi daya yang ada saat membeli perangkat baru.
Dengan usulan ini, semua ponsel pintar yang dijual di negara-negara kawasan Eropa harus memiliki pengisi daya USB-C. Aturan ini pun mendapat respons dari produsen ponsel pintar, salah satunya Apple. Apple memperingatkan langkah seperti itu akan membahayakan inovasi.
Apple adalah produsen utama ponsel pintar yang menggunakan port pengisian daya khusus dengan konektor buatan Apple sendiri. "Kami khawatir peraturan ketat yang mengamanatkan hanya satu jenis konektor justru dapat menghambat inovasi, yang pada gilirannya akan merugikan konsumen di Eropa dan di seluruh dunia," kata Apple dikutip BBC, Jumat (24/9).
Apple menegaskan, penggunaan kabel khusus tersebut bertujuan untuk membuat setiap perangkat Apple dan penggunaan karbon netral pada 2030. Sebagai informasi, sebagian besar ponsel Android dilengkapi dengan port pengisian USB micro-B, atau telah beralih ke standar USB-C yang lebih modern.
Model baru iPad dan MacBook menggunakan port pengisian USB-C, seperti halnya model ponsel kelas atas dari produsen Android populer seperti Samsung dan Huawei. Perubahan akan berlaku untuk port pengisian daya pada bodi perangkat, sedangkan ujung kabel yang terhubung ke colokan bisa berupa USB-C atau USB-A.
Sekitar setengah dari pengisi daya yang dijual dengan ponsel di Uni Eropa pada tahun 2018 memiliki konektor USB micro-B, sementara 29 persen memiliki konektor USB C dan 21 persen konektor Lightning, menurut studi pada 2019.
Aturan yang diusulkan akan berlaku untuk ponsel pintar, tablet, kamera, headphone, speaker portabel, dan konsol video game genggam. Produk lain seperti earbud, jam tangan pintar, dan pelacak kebugaran tidak masuk kategori karena alasan teknis terkait dengan ukuran dan kondisi penggunaan.