Kamis 16 Sep 2021 16:09 WIB

Indonesia Eximbank Fasilitasi Skema Pembiayaan Khusus Ekspor

Pelaku UMKM didukung untuk ekspor agar bangkit dari dampak pandemi.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Perajin menyelesaikan pembuatan boneka replika ayam pesanan dari luar negeri di Desa Larangan, Kecamatan Lohbener, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (15/9). Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank memberikan fasilitas pembiayaan modal kerja kepada UKM khusus berorientasi ekspor dengan skema penugasan khusus ekspor (PKE).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Perajin menyelesaikan pembuatan boneka replika ayam pesanan dari luar negeri di Desa Larangan, Kecamatan Lohbener, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (15/9). Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank memberikan fasilitas pembiayaan modal kerja kepada UKM khusus berorientasi ekspor dengan skema penugasan khusus ekspor (PKE).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank memberikan fasilitas pembiayaan modal kerja kepada UKM khusus berorientasi ekspor dengan skema penugasan khusus ekspor (PKE). Direktur Pelaksana II LPEI Maqin Noorhadi mengatakan, pihaknya mendukung pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) berorientasi ekspor agar bangkit dari dampak pandemi. 

"Pemulihan yang sedang berjalan harus tertahan akibat merebaknya varian baru dari virus Covid-19. Aktivitas ekonomi yang sudah terakselerasi pada awal 2021 harus bersiap menghadapi kondisi yang sama seperti 2020 ketika pembatasan mobilitas masyarakat diberlakukan dan berimbas kepada tekanan ekonomi," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (16/9).

Salah satu sektor yang mengalami pukulan terdalam baik di pasar domestik maupun global berasal dari sektor tekstil dan produk tekstil (TPT). Berdasarkan kajian yang disusun Indonesia Eximbank Institute, sektor TPT berperan penting dalam perekonomian Indonesia melalui kontribusinya pada PDB, ekspor, dan penyerapan tenaga kerja.

Adapun kontribusi TPT Indonesia terhadap total produk domestik bruto (PDB) nasional pada 2020 sebesar 1,21 persen (dari 1,26 persen pada 2019), sedangkan kontribusi ekspor TPT terhadap total ekspor turun menjadi 6,12 persen pada 2020 (dari 7,15 persen pada 2019). Dari sisi total tenaga kerja (TK), sektor TPT berada pada kisaran tiga juta pekerja yang mencakup sekitar dua persen sampai tiga persen dari total TK Indonesia.

Dalam kacamata ekspor, industri TPT tertekan dari tiga sisi baik dari sisi permintaan, suplai, maupun distribusi di antaranya akibat kelangkaan kontainer yang mendorong kenaikan harga. Sepanjang 2020, ekspor TPT hanya senilai 10,55 miliar dolar AS, turun 17,7 persen (yoy) dari 2019. Penurunan tersebut terjadi di berbagai produk yaitu segmen benang (minus 27,3 persen yoy), kain (minus 15,7 persen yoy) dan pakaian jadi (minus 15,1 persen yoy).

Kontribusi penurunan terbesar berasal dari penurunan pakaian jadi yang memiliki porsi 66 persen dari total ekspor TPT Indonesia. Tekanan terhadap industri TPT setidaknya masih terjadi hingga paruh pertama 2021. Kinerja TPT terbantu karena adanya permintaan alat pelindung diri (APD) keperluan penanganan Covid-19. Namun permintaan terhadap APD tersebut tidak cukup besar untuk menutupi turunnya penjualan produk produk TPT secara keseluruhan.

Dari data penjualan ekspor, ekspor per tahun bagi setiap individu eksportir yaitu nilai penjualan ekspor per tahun dapat terlihat bahwa eksportir menunjukkan survival mode yang berbeda dari setiap eksportir. Eksportir kelas besar atau korporasi didukung jejaring yang kuat di pasar ekspor. Sementara itu sejumlah eksportir kelas menengah mengalami penurunan penjualan yang signifikan dan pada gilirannya menyebabkan mereka turun kelas.

Eksportir TPT kelas kecil paling merasakan dampaknya, sehingga beberapa eksportir harus keluar dari pasar ekspor. Sebaliknya terdapat sejumlah eksportir yang adaptif yang mampu merespon kebutuhan produk TPT pada masa pandemi, sehingga penjualan ekspornya ekspansif.

Salah satunya CV Pria Tampan per Agustus 2021, UKM berorientasi ekspor batik asal Solo itu mampu melakukan pengiriman kain batik ke luar negeri senilai 467 ribu dolar AS, mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya dengan nilai ekspor yang mencapai 463 ribu dolar AS.

Selama tiga tahun terakhir, mayoritas negara tujuan dari UKM asal Solo ini adalah Kanada dan Amerika Serikat. Bulir-bulir putih yang timbul pada kain batik yang berasal dari proses pewarnaan kain merupakan ciri khas yang membuatnya diminati oleh pasar mancanegara.

CEO dari CV Pria Tampan  Andri Setyawan mengatakan sebagai pelaku usaha tetap optimis dan memiliki pola pikir positif melewati situasi pandemi ini dan harus lebih jeli dalam memanfaatkan segala peluang yang ada.

"Selain itu, kita juga harus memanfaatkan segala bantuan yang diberikan pemerintah seperti saya juga telah memanfaatkan program penugasan khusus ekspor (PKE) UKM dari LPEI. Bantuan tersebut sangat membantu kita dalam menjalankan usaha khususnya di tengah situasi seperti ini," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement