Rabu 08 Sep 2021 21:39 WIB

AKR Prediksi Bisa Tumbuh Delapan Persen

Sebesar 71 persen dari total pendapatan AKR berasal dari distribusi BBM.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Fuji Pratiwi
PT AKR Corporindo Tbk. AKR memprediksi bisnis perusahaan dapat tumbuh delapan persen tahun ini.
Foto: https://www.akr.co.id/
PT AKR Corporindo Tbk. AKR memprediksi bisnis perusahaan dapat tumbuh delapan persen tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT AKR Corporindo Tbk optimistis pada tahun ini bisa tumbuh delapan persen. Sebab, meski dalam pandemi, kebutuhan dasar atas bahan bakar, bahan baku kimia, dan sektor industri mulai menunjukan pertumbuhan.

Presiden Direktur AKRA Haryanto Adikoesoemo dalam Publik Ekspose Virtual menjelaskan, pada semester pertama ini perusahaan bisa membungkus pendapatan mencapai Rp 10,7 triliun. Ia mengatakan, pada tahun ini perusahaan bisa tumbuh delapan persen.

Baca Juga

"Kami juga meningkatkan platform IT kami. Sehingga meskipun ada destruksi, kami bisa operasi dan melayani pelanggan kami. Dalam waktu dekat akan roll out (menyediakan) platform IT, semua mekanisme penjualan bisa dilakukan di rumah," kata Haryanto menjelaskan, Rabu (8/9).

Ia merinci tahun ini sebesar 71 persen dari total pendapatan AKR berasal dari distribusi bahan bakar minyak (BBM), 19 persen dari penjualan kimia dasar, 4 persen dari kawasan industri JIIPE, kemudian logistik dan lainnya sebesar 6 persen.

"Pertumbuhan penjualan BBM ini khususnya dari industri batu bara, nikel, emas, tembaga, dan smelter," ujar Haryanto.

Sedangkan segmen kimia dasar, menurutnya pertumbuhan kimia dasar didukung oleh aktivitas ekonomi yang lebih baik. Peningkatan permintaan di sektor rayon dan smelter. "Untuk kimia dasar 36 persen, rayon dan smelter 14 persen," kata Haryanto.

Dia mengatakan, dengan semakin banyaknya smelter yang beroperasi, baik tembaga, alumina, nikel, dan bauksit, maka AKR yakin pemakaian bahan-bahan kimia akan meningkat karena semua smelter butuh bahan kimia.

Tahun ini peningkatan pendapatan dari JIIPE mendapatkan penjualan total Rp 442 miliar pada enam bulan pertama. Sumbernya dari pendapatan sewa lahan dari smelter Freeport dan penjualan lahan utilitas pada mitra penyewa.

"Dengan menghasilkan Rp 442 miliar, kami percaya ke depan peningkatan kontribusi dari JIIPE akan semakin signifikan," kata Haryanto.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement