REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Kepala Bank Sentral Afghanistan yang ditunjuk oleh Taliban, Mohammad Idris mengatakan saat ini kelompok itu menginginkan sistem keuangan di negara itu berfungsi penuh.
Meski demikian, sejauh ini masih sedikit rincian yang diberitahukan mengenai bagaimana Taliban akan memasok dana untuk mempertahankan sistem keuangan di negara itu. Terdapat sejumlah bankir mengatakan hal ini.
Idris mengatakan telah mengadakan pertemuan dengan anggota Asosiasi Bank Afghanistan dan bankir lainnya pekan ini. Taliban memandang sektor perbankan sebagai keharusan.
Taliban juga dilaporkan berupaya mencari solusi untuk likuiditas dan inflasi yang meningkat di Afghanistan. Di bawah pemerintahan kelompok itu sebelumnya pada 1996 hingga 2001, hanya sedikit sektor perbankan yang berfungsi.
Hanya ada beberapa bank komersial yang mempertahankan lisensi. Namun, hanya sedikit pinjaman yang dibuat dan tidak banyak yang beroperasi di masa pemerintahan 20 tahun lalu tersebut.
Dilansir The New Arab, Idris merupakan seorang loyalis Taliban yang tidak memiliki pelatihan tentang dunia perbankan maupun pendidikan tinggi. Ia ditunjuk sebagai kepala bank sentral pekan lalu.
Meski demikian, hingga saat ini, Idris dan timnya belum memberi tahu para bankir berapa banyak uang tunai yang dapat diakses oleh bank sentral Da Afghanistan Bank (DAB). Termasuk juga dalam memberikan indikasi tentang bagaimana Taliban akan mendekati hubungannya dengan Amerika Serikat (AS).
Bank sentral menyediakan likuiditas kepada bank dalam beberapa hari terakhir. Pengamat mengatakan bahwa DAB membayar sebagian dari jumlah yang diminta masing-masing bank.
Diprediksi bahwa Taliban bisa mendapatkan akses cepat ke sebagian besar dari sekitar 10 miliar dolar AS, sebagai aset yang dimiliki oleh DAB yang sebagian besar berada di luar negeri. Sekitar 80 persen transaksi dilakukan oleh bank. Karenanya sangat penting agar Pemerintah Afghanistan menjalin hubungan dengan Amerika.
Seorang bankir yang menghadiri pertemuan itu mengatakan bahwa ketergesaan awal oleh pelanggan untuk mengakses rekening bank setelah Taliban merebut kendali atas Afghanistan telah sedikit mereda. Prioritas utama bagi bank sentral sekarang adalah agar rekening internasionalnya tidak diblokir dan mendapatkan akses ke cadangannya, untuk memungkinkannya menyimpan cukup uang yang beredar.
"Kami berada dalam kontak dekat dan negosiasi dengan bank sentral," ujar seorang bankir dalam pertemuan dengan Idris.
Sebagian besar bank telah dibuka kembali pada pekan ini. Meski demikian, operasional dilakukan dengan layanan terbatas, termasuk batas penarikan mingguan 200 dolar AS dan beberapa transfer di tengah kekhawatiran likuiditas dan bank koresponden memutuskan hubungan.
Idris juga menawarkan jaminan terkait staf perempuan bekerja di bank. Namun, sejauh ini belum disebutkan bahwa Taliban tidak berencana untuk menetapkan apakah mereka dapat mempekerjakan wanita atau tidak.
Saat ini, sekitar 20 persen dari staf di beberapa bank adalah perempuan. Tetapi tak sedikit yang khawatir bahwa Taliban akan mengulangi kebijakan seperti saat kelompok ini memimpin pemerintahan Afghanistan sebelum 2001, di mana saat itu perempuan tidak diizinkan untuk bekerja.