Selasa 10 Aug 2021 14:46 WIB

Penataan TN Komodo akan Ikuti Prinsip Keberlanjutan

Pembangunan TN Komodo berdasarkan kajian dampak lingkungan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Pemandangan alam di kawasan Taman Nasional Komodo (TNK), di Manggarai Barat, NTT. Kemenparekraf memastikan pembangunan TN Komodo berdasarkan prinsip berkelanjutan.
Foto: Antara/Kornelis Kaha
Pemandangan alam di kawasan Taman Nasional Komodo (TNK), di Manggarai Barat, NTT. Kemenparekraf memastikan pembangunan TN Komodo berdasarkan prinsip berkelanjutan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, menegaskan, penataan sarana dan prasarana di zona pemanfaatan Taman Nasional (TN) Komodo akan disesuaikan dengan aspek keselamatan dan keberlanjutan lingkungan. Dengan begitu diharapkan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap Outstanding Universal Value (OUV) situs warisan alam dunia TN Komodo.

Ia menyampaikan, tujuan pembangunan di TN Komodo adalah untuk mengganti sarana dan prasarana yang tidak layak dengan sarana yang lebih memadai dan berstandar internasional. Mulai dari ranger camp, guide camp, researcher camp, plaza deck, resting post, elevated deck, reservoir tank, distribution pipeline, waiting room for visitor, jetty, coastal protection, hingga information center.

Baca Juga

"Saat ke Taman Nasional Komodo, saya melihat memang banyak fasilitas yang perlu diperbaiki karena berkaitan dengan masalah keselamatan, kesehatan, dan juga keberlanjutan lingkungan," kata Sandiaga dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (10/8).

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebelumnya telah memastikan pembangunan di Resort Loh Buaya Pulau Rinca TN Komodo tidak menimbulkan atau mengakibatkan dampak negatif terhadap OUV situs warisan alam dunia TN Komodo. Sebab, itu semua berdasarkan hasil kajian penyempurnaan Environmental Impact Assessment (EIA) yang dilakukan bersama lintas kementerian/lembaga serta pakar lainnya yang terus disesuaikan dengan kaidah-kaidah yang ditetapkan IUCN.

"Jadi jangan khawatir, karena kita mengutamakan keberlanjutan lingkungan dan konservasi," kata Sandiaga.

Selain itu, berkaitan dengan sertifikasi CHSE, Sandiaga mengatakan, antuasiame industri untuk mendaftarkan usahanya terus meningkat. Pada pekan keempat Juli 2021, jumlah pendaftar sertifikasi CHSE sudah mencapai 4.771. Hal tersebut menunjukkan semua pihak sadar akan penerapan CHSE di era adaptasi kebiasaan baru.

"Sertifikasi CHSE ini harus betul-betul kita dorong jadi gold standard dalam pelaksanaan pelayanan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif," ujar Sandiaga.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement