REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serikat Karyawan Garuda Indonesia Bersatu mengungkapkan terdapat dua permasalahan utama Garuda Indonesia. Koordinator Sekretariat Bersama Garuda Indonesia Bersatu Tomy Tampatty mengatakan hal tersebut harus menjadi perhatian para pemegang saham atau pengambil keputusan.
"Pertama permasalahan keuangan terutama utang yang cukup besar ditambah lagi menurunnya kinerja operasional akibat dampak pandemi Covid-19," kata Tomy, Selasa (10/8).
Lalu permasalahan kedua yakni fundamental bisnis yang perlu ditata kembali. Tomy mengatakan fundamental bisnis perlu dikelola secara maksimal untuk mengoptimalisasi pendapatan perusahaan.
"Maka untuk menghadapi kondisi ini, sangat dibutuhkan setidaknya orang yang sangat mengerti bidang bisnis maskapai," ujar Tomy.
Faktanya, kata dia, selama ini manajemen Garuda Indonesia terkesan melakukan salah asumsi. Dia menilai, manajemen hanya melihat masalah keuangan saja.
"Yang terjadi adalah manajemen berkutak kutik pada proses reengineering bidang keuangan semata termasuk restrukturisasi utang sebagai pilar utamanya tapi belum menyentuh akar masalahnya," ungkap Tomy.
Tomy menuturkan, manajemen saat ini cenderung memindahkan masalah jangka pendek menjadi jangka panjang. Padahal, lanjut dia, masalah fundamental bisnis untuk penciptaan laba jauh lebih penting.
"Masalah fundamental bisnis selama ini agak terabaikan seperti dalam hal ketepatan memilih alat produksi, ketepatan memilih rute yang diterbangi, dan ketepatan people process technology yang dijalankan sehingga bisnisnya menjadi untung," jelas Tomy.
Dia menambahkan, untuk selanjutnya Garuda Indonesia juga perlu mengembangkan ekosistem aviasi dan pariwisata. Ekosistem tersebut menurutnya harus dibuat dalam suatu strategi bertahan dan tumbuh melalui kolaborasi dan sinergi yang kuat antar BUMN, BUMD, swasta UMKM, pemerintah, dan semua stakeholders.