REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Surveyor Indonesia (Persero) optimistis dapat mencapai pertumbuhan signifikan pada tahun ini.
Direktur Utama Surveyor Indonesia Haris Witjaksono mengatakan, 2021 menjadi momentum bagi perusahaan dalam memperbaiki kinerja yang sempat tertekan akibat pandemi pada 2020. Pada 2020, pendapatan tercapai, tapi laba tidak karena Surveyor fokus pada penanganan pandemi.
"Kita ubah model operasi dan kita invetasi cukup besar di IT agar operasi bisa berjalan baik dan bisa adaptasi dengan kondisi yang berkembang cepat," ujar Haris saat media briefing Surveyor Indonesia yang digelar secara virtual pada Senin (2/8).
Haris menjelaskan, pendapatan usaha pada 2020 mencapai Rp 1.419 triliun atau 108,3 persen dari anggarannya yang sebesar Rp 1.310 triliun. Namun, angka itu mengalami penurunan 3,5 persen dibandingkan pendapatan usaha 2019 yang mencapai Rp 1.471 triliun.
Penurunan pun terjadi pada laba bersih 2020 yang sebesar Rp 102 miliar atau 76,6 persen dari anggarannya yang sebesar Rp 133 miliar. Angka itu juga turun dibandingkan laba bersih 2019 yang sebesar Rp 162 miliar.
Haris mengatakan, jasa survei menjadi sektor penyumbang pendapatan terbesar 2020 sebesar Rp 480,1 miliar, disusul jasa inspeksi sebesar Rp 398,7 miliar, jasa verifikasi sebesar Rp 290,7 miliar, jasa konsultansi sebesar Rp 163.452 miliar, jasa sertifikasi sebesar Rp 66,1 miliar, dan jasa testing sebesar Rp 19,9 miliar
"Sampai akhir 2020, Surveyor Indonesia memiliki pendapatan usaha tercatat sebesar Rp 1.419 triliun atau 108,3 persen dari anggarannya sebesar Rp 1.310 triliun," ucap Haris.
Haris mengungkapkan, capaian pendapatan 2020 berasal dari DB migas dan sistem pembangkit sebesar 41,1 persen, sektor penguatan institusi dan kelembagaan sebesar 21,9 persen, sektor mineral dan batubara sebesar 19,5 persen, dan sektor infrastruktur sebesar 17,6 persen.