Jumat 09 Jul 2021 01:41 WIB

Kemenkeu: Tanpa Anggaran PEN, Kemiskinan Capai 11,8 Persen

BKF Kemenkeu yakin program PEN telah menyelamatkan 5 juta orang dari kemiskinan

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pedagang membawa gerobak dengan sepeda motor di kawasan Dukuh Atas, Jakarta. Tanpa anggaran PEN, Bank Dunia mengestimasi angka kemiskinan Indonesia pada 2020 mencapai 11,8 persen. Hal ini artinya program PEN telah mampu menyelamatkan lebih dari lima juta orang dari kemiskinan sepanjang 2020.
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Pedagang membawa gerobak dengan sepeda motor di kawasan Dukuh Atas, Jakarta. Tanpa anggaran PEN, Bank Dunia mengestimasi angka kemiskinan Indonesia pada 2020 mencapai 11,8 persen. Hal ini artinya program PEN telah mampu menyelamatkan lebih dari lima juta orang dari kemiskinan sepanjang 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pemerintah berupaya konsisten menggulirkan kebijakan yang difokuskan upaya penanganan pandemi, penguatan perlindungan sosial, serta dukungan bagi dunia usaha termasuk program pemulihan ekonomi nasional (PEN).

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan program PEN mampu menjadi motor pemulihan ekonomi, sehingga mampu menciptakan 2,61 juta lapangan kerja dari September 2020 sampai Februari 2021.

“Melalui kerja keras APBN dan program PEN, berbagai manfaat besar telah dirasakan oleh masyarakat. Program perlindungan sosial PEN telah efektif dalam menjaga konsumsi kelompok masyarakat termiskin saat pandemi,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (8/7).

Tanpa anggaran PEN, Bank Dunia mengestimasi angka kemiskinan Indonesia pada 2020 mencapai 11,8 persen. Hal ini artinya program PEN telah mampu menyelamatkan lebih dari lima juta orang dari kemiskinan sepanjang 2020.

Menurutnya di tengah penurunan tingkat pendapatan per kapita secara agregat, masyarakat miskin dan rentan tetap mendapatkan perlindungan yang layak. Adapun tingkat kemiskinan mampu dikendalikan menjadi 10,19 persen pada September 2020.

Pandemi Covid-19, kata Febrio, merupakan sebuah tantangan yang besar, bahkan krisis kesehatan telah memberi dampak sangat mendalam pada kehidupan sosial dan aktivitas ekonomi global.

"Pandemi telah menciptakan pertumbuhan ekonomi negatif hampir seluruh negara, termasuk Indonesia pada 2020. Dengan demikian maka penurunan pendapatan per kapita Indonesia merupakan sebuah konsekuensi yang tidak terhindarkan," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement