REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasokan pakan terutama hijauan bagi peternak sapi perah skala rakyat, menjadi persoalan klasik yang tak kunjung menemukan solusinya. Selama ini, peternak mengandalkan hijauan liar yang ada sekitar peternakannya.
"Kami akan melakukan mediasi dengan memanfaatkan jejaring BUMN, termasuk PTPN VIII dan Perhutani, untuk menjawab kebutuhan akan pakan ternak tersebut," kata Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Agus Santoso, Sabtu (26/6).
Agus mengatakan, pemerintah akan menyiapkan langkah yang mampu menjamin ketersediaan hijauan pakan sepanjang tahun dan pengembangan usaha sapi perah yang berkelanjutan. Agus mengakui, potensi sapi perah terutama di daerah sentra Jawa Barat sangat besar, tapi masih terbentur masalah terbatasnya lahan untuk pakan ternak.
"Koperasi berbasis pertanian juga bisa menjadi solusi bagi pakan ternak sapi. Atau kerjasama antar wilayah. Misalnya, dengan Natuna dan Lampung, yang banyak memproduksi jagung," ujarnya. .
Terlebih lagi, lanjut Agus, mengembangkan koperasi sektor riil, khususnya pangan, telah menjadi fokus program KemenkopUKM di tahun 2021. Bahkan, itu seiring dengan amanat Presiden Joko widodo yang membidik program ketahanan pangan, pembangunan desa hutan, dan sertifikasi lahan rakyat.
Agus menekankan bahwa Kemenkop UKM tahun ini terus mendorong pengembangan peternakan sapi perah, termasuk membangun offtaker susu. Setidaknya Ada sekitar 58 koperasi ternak sapi yang sudah dibiayai LPDB-KUMKM.
Di samping itu, kata Agus, pihaknya juga akan berupaya melakukan konsolidasi lahan untuk menanam jagung dan pakan hijau lainnya. "Kita bisa dorong untuk mengubah pola tanam jagung untuk pakan ternak sapi," kata dia.
Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo menambahkan, pihaknya tengah mengatur kerjasama dengan Perhutani dan PTPN VIII untuk memanfaatkan lahan-lahan mereka yang tidak produktif untuk ditanami hijauan pakan ternak.
Di samping itu, Supomo juga mendorong agar koperasi memanfaatkan tanaman jagung usia dua bulanan. Salah satunya seperti di Pangalengan di mana terdapat produksi yang cukup besar dan terfermentasi menjadi pakan ternak.
Tak hanya itu, Supomo juga menjabarkan bentuk pendampingan lain yang dilakukan LPDB-KUMKM. Yakni, pendampingan untuk meningkatkan produktivitas dengan melakukan peremajaan populasi sapi. Begitu juga dengan tambahan nutrisinya.
Menurutnya jika telah ditingkatkan produksinya, diharapkan kesejahteraan para peternak juga akan turut meningkat. "Otomatis juga volume yang dikelola koperasi akan meningkat," ujar Supomo.
Menurut Supomo, jika menambah populasi sapi, maka otomatis pakan hijauan akan kurang. Maka, peremajaan ini dalam arti sapi yang sudah tidak produktif (laktasi 10 kali) sudah harus diganti. "Itulah yang kita biayai," ucap Supomo.
Maka dari itu, LPDB-KUMKM akan mendampingi dan membiayai sisi hulunya. "Masalah hilirnya, KPBS Pangalengan sudah lengkap. Mereka sudah memiliki offtaker dan ada industri pengolahan susu. Ini yang kita namakan koperasi bertumbuh secara by-design," ujar Supomo.