Kamis 24 Jun 2021 13:16 WIB

Peneliti Temukan File Genetik Covid-19 yang Dihapus di Wuhan

Terindikasi 13 sekuens genetik parsial untuk beberapa kasus awal COVID-19 di Wuhan

Rep: Idealisa masyrafina/ Red: Muhammad Subarkah
Laboratorium Virus di Wuhan, China.
Foto:

Menurut Zimmer, sekitar setahun yang lalu 241 sekuens genetik dari pasien virus corona telah hilang dari database online bernama Sequence Read Archive yang dikelola oleh National Institutes of Health (NIH).

Bloom memperhatikan sekuens yang hilang ketika dia menemukan spreadsheet dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada Mei 2020 di jurnal PeerJ di mana penulis mencantumkan 241 sekuens genetik SARS-CoV-2 hingga akhir Maret 2020. 

 

Sekuens adalah bagian dari proyek Universitas Wuhan yang disebut PRJNA612766 dan diduga diunggah ke Sequence Read Archive. Dia mencari database arsip untuk sekuens dan mendapat pesan "Tidak ada item yang ditemukan".

 

Penyelidikannya mengungkapkan bahwa sekuens yang dihapus telah dikumpulkan oleh Aisu Fu dan Rumah Sakit Renmin Universitas Wuhan, dan pracetak penelitian yang diterbitkan dari sekuens tersebut (disebut sebagai Wang et al. 2020) menunjukkan bahwa mereka berasal dari sampel usap hidung dari pasien rawat jalan dengan suspek COVID-19 di awal epidemi.

 

Bloom tidak dapat menemukan penjelasan mengapa sekuens itu telah dihapus, dan emailnya ke kedua penulis terkait untuk menanyakan hal ini tidak mendapat tanggapan. 

 

"Tidak ada alasan ilmiah yang masuk akal untuk penghapusan: sekuensnya sangat sesuai dengan sampel yang dijelaskan dalam Wang et al. (2020a,b)," tulis Bloom dalam bioRxiv.  

 

Tidak ada koreksi pada makalah tersebut, makalah tersebut menyatakan persetujuan subyek manusia telah diperoleh, dan sekuens tidak menunjukkan bukti plasmid atau kontaminasi sampel ke sampel. Oleh karena itu ia menyimpulkan, tampaknya sekuens tersebut dihapus untuk mengaburkan keberadaan mereka.

 

Bloom mencatat beberapa keterbatasan pada penelitiannya, terutama bahwa sekuensnya hanya sebagian dan tidak menyertakan informasi untuk memberikan tanggal atau tempat pengumpulan yang jelas. Padahal ini adalah informasi penting untuk melacak virus kembali ke asalnya.

 

Terlepas dari itu, Bloom berpikir bahwa melihat lebih dalam pada data yang diarsipkan dari NIH dan organisasi lain dan menyatukan sekuensnya, dapat membantu memberikan gambaran yang lebih jelas tentang asal dan penyebaran awal SARS-CoV-2, semuanya tanpa perlu studi lapangan di China.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement