REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Proses konversi Bank Nagari menjadi Bank Nagari Syariah di Provinsi Sumatra Barat dinilai cukup berlarut-larut. Padahal, perkembangan perbankan syariah semakin pesat di dunia.
Pengamat Ekonomi dari Universitas Andalas, Syafruddin Karimi, menilai, berlarut-larutnya wacana konversi Bank Nagari menjadi Bank Nagari Syariah akibat pemangku kepentingan terkait kurang mengamati perkembangan keuangan syariah yang semakin pesat di dunia.
"Ada kecenderungan kurang mengamati perkembangan Islamic finance terlihat dari reaksi bahwa konversi Bank Nagari ke syariah akan membawa mudharat," kata Guru Besar Fakultas Ekonomi Unand ini kepada Republika, Senin (21/6).
Syafruddin mengajak pengambil kebijakan di Bank Nagari agar melihat realitas ekonomi Sumbar dari data Sensus Ekonomi 2016 yang baru dipublikasi. Indonesia saja, menurut dia, sudah menyiapkan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) yang dipimpin langsung oleh Presiden dan Wakil Presiden.
Bahkan pemerintah pusat sudah membuat rencana induk (masterplan) untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah terbesar dunia pada 2024.
"Ini rencana dan strategi yang amat serius. Konversi Bank Nagari menjadi Bank Nagari Syariah mestilah dilihat sebagai strategi perkuat pertumbuhan ekonomi yang inklusif di Sumbar," ucap Syafruddin.
Ia menginginkan Sumbar segera mengambil peran sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah secara nasional. Terlebih ekosistem budaya Sumbar sangat relevan untuk pengembangan ekonomi syariah.