REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Minyak turun pada akhir perdagangan Selasa (18/5), tergelincir dari level tertinggi dua bulan setelah laporan media mengatakan Amerika Serikat (AS) dan Iran telah membuat kemajuan dalam menghidupkan kembali kesepakatan yang membatasi pengembangan senjata nuklir negara anggota OPEC itu. Ini akan meningkatkan pasokan minyak mentah.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli, turun 75 sen atau 1,1 persen menjadi menetap di 68,71 dolar AS per barel, setelah sempat terpuruk lebih dari 2 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juni, merosot 78 sen atau 1,2 persen, menjadi ditutup pada 65,49 dolar AS per barel.
Harga jatuh karena laporan bahwa duta besar Rusia untuk PBB Mikhail Ulyanov mengatakan kemajuan signifikan telah dibuat, tetapi kerugian berhenti setelah dia mengatakan di Twitter bahwa negosiator membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan kesepakatan. Jika Amerika Serikat mencabut sanksi terhadap Iran, negara itu dapat meningkatkan pengiriman minyak, menambah pasokan global.
"Itu bisa menempatkan sejumlah besar minyak mentah di pasar, itulah sebabnya kami terus bergerak lebih rendah sekarang," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
Selama sesi, patokan global minyak Brent sempat mencapai 70 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak Maret, terangkat oleh ekspektasi pemulihan permintaan.Inggris semakin mengurangi pembatasan virus corona pada Senin (17/5) dan Eropa mulai membuka kembali kota dan pantai. Kasus baru di Amerika Serikat juga semakin menurun dan New York mencabut persyaratan masker untuk orang yang divaksinasi.
"Kisah pemulihan permintaan minyak mentah selama paruh kedua tahun ini masih mendukung harga minyak yang jauh lebih tinggi pada akhir tahun, dengan berita Iran ini kemungkinan memangkas beberapa dolar dari target akhir tahun sebagian besar analis," kata Edward Moya, analis pasar senior di pialang berjangka OANDA.
Kemajuan Eropa dan AS dalam pertempuran melawan pandemi kontras dengan situasi di Asia, yang membatasi reli minyak. Singapura dan Taiwan telah menerapkan kembali langkah-langkah penguncian dan India telah mengalami penurunan permintaan bahan bakar setelah memberlakukan pembatasan untuk mengekang infeksi.