REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pandemi covid-19 telah memengaruhi perubahan pola konsumsi teknologi keuangan bagi masyarakat dunia. Riset terbaru menunjukkan krisis kesehatan telah memberi jalan meningkatnya adopsi fintech dalam berbagai bentuk.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh MasterCard seperti dikutip Kamis (13/5), lembaga penyedia kartu kredit asal Amerika Serikat (AS), konsumen di Asia-Pasifik, termasuk di dalamnya Indonesia, menghadapi tren peningkatan sistem keuangan digital yang signifikan seperti penggunaan QR Code, mata uang kripto hingga yang berbasis biometrik.
Hasilnya, sekitar 6 dari 10 orang menyebut mereka akan mulai meninggalkan bisnis yang tidak mampu beradaptasi dengan sistem pembayaran digital, ketika pandemi masih terus memburuk, sehingga tidak mengejutkan kalau temuan MasterCard juga mengungkap, sekitar 70 persen dari konsumen di Asia-Pasifik juga lebih tertarik dengan toko yang menyediakan pembayaran digital.
Kemudian sebesar 84 persen konsumen di kawasan ini juga mengatakan mereka sudah mengakses layanan pembayaran digital yang lebih luas, ketimbang pengalamannya pada tahun lalu. Termasuk, lebih dari 90 persen konsumen di Asia-Pasifik, menyebut mereka sedang mempertimbangkan untuk menggunakan salah satu dari teknologi keuangan baru itu di tahun depan.
"Orang-orang di kawasan Asia-Pasifik tidak hanya mengadopsi teknologi pembayaran baru, mereka telah membuat perubahan yang disengaja yang sebagian berdasarkan kebutuhan, tetapi juga pada pertimbangan seputar keselamatan, keamanan, dan kenyamanan pribadi," ujar Wakil Presiden Eksekutif Produk dan Inovasi Mastercard Asia-Pasifik Sandeep Malhotra.
Dengan resiko penyebaran Covid-19 yang membayangi setiap orang dengan transaksi uang konvensional, pembayaran dengan QR Code juga mendapatkan popularitasnya setahun terakhir. Adapun survei ini juga menemukan sistem pembayaran QR Code juga makin populer di Asia-Pasifik.
Survei ini dilakukan kepada 15 ribu responden yang merupakan konsumen di 18 negara berbeda secara global dan kuesioner disebar secara online pada rentan waktu Februari hingga Maret 2021.
Laporan serupa oleh Mastercard yang dirilis bulan lalu juga mengungkapkan pembelian yang dilakukan secara online telah melonjak dan menghasilkan tambahan pengeluaran digital sebesar 900 miliar dolar AS di seluruh dunia. Raksasa kartu pembayaran tersebut juga memperkirakan sekitar 20 hingga 30 persen dari peralihan ke digital yang disebabkan oleh Covid-19 sudah menjadi permanen.