REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mirae Asset Sekuritas memperkirakan faktor makroekonomi yang positif dapat mengangkat harga obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN). Kondisi makroekonomi yang positif juga bisa menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield) di pasar.
Fixed Income Analyst Mirae Asset Sekuritas, Dhian Karyantono, memprediksi hingga Juni 2021, harga SBN tenor acuan 10 tahun dapat naik dan menurunkan yield-nya hingga di bawah 6 persen pada kuartal III 2021. Saat ini, harga SBN acuan 10 tahun sudah turun sejak awal tahun dan membuat yield-nya naik hingga di kisaran 6,5 persen.
Pergerakan harga dan yield obligasi di pasar sekunder saling bertolak belakang, dan yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Dhian juga memprediksi kondisi makroekonomi global khususnya yang dipicu kekhawatiran inflasi di AS sempat memicu kenaikan yield obligasi pemerintah AS (US Treasury), menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dan menaikkan indikator risiko Indonesia (CDS).
“Namun, Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter mengingat dua hal utama yaitu inflasi domestik yang masih rendah serta terkendalinya defisit neraca berjalan (CAD),” ujar Dhian dalam konferensi pers Media Day Mirae Asset Sekuritas, Kamis (6/5).
Sebelumnya, harga obligasi pemerintah AS tenor acuan 10 tahun turun dan sempat membuat yield-nya naik hingga menembus 1,76 persen pada akhir Maret. Saat ini, yield obligasi pemerintah AS sudah mereda dan berada pada kisaran 1,6 persen.
Dhian mengatakan saat ini harga SBN acuan 10 tahun sudah turun sejak awal tahun dan membuat yield-nya naik sekitar 63 basis poin (bps) sejak awal tahun hingga sekarang di kisaran 6,5 persen. Meski yield SBN naik, penerbitan obligasi korporasi di dalam negeri relatif meningkat sejak awal tahun.
Kenaikan yield SBN tersebut masih lebih kecil daripada rerata kenaikan yield obligasi pemerintah kategori layak investasi (investment grade) dunia yang naik sebesar 82 bps dan kategori non-investment grade yang rata-rata kenaikannya mencapai 352 bps.