Selasa 27 Apr 2021 17:13 WIB

Jelang Pertemuan The Fed, IHSG Ditutup Melemah Tipis

Sepanjang hari ini Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar Rp38 miliar.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja melihat telepon pintarnya dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Pekerja melihat telepon pintarnya dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada perdagangan hari ini, Selasa (27/4). IHSG melemah 5 poin atau terkoreksi 0,09 persen ke level 5.959. 

Sektor aneka industri, perdagangan, industri dasar, infrastruktur, industri konsumsi  mendominasi pergerakan IHSG sehingga menjadi kontributor terbesar pada penurunan IHSG hari ini. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar Rp38 miliar. 

Baca Juga

Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan pasar saham Asia tertekan menjelang pertemuan the Fed serta rilisnya kinerja keuangan kuartal I 2021. 

"Sikap optimistis masih menyelimuti pelaku pasar dimana pemulihan pada kuartal I dinilai dapat berdampak pada kinerja keuangan perusahaan," kata Nico, Selasa (27/4). 

Menurut Nico, para ekonom memproyeksikan perekonomian global masih dalam tren penguatan. Banyak negara maju mulai membuka kembali perdagangan global dan program vaksinasi terus mengalami kemajuan.

"Di sisi lain, Nico menilai, saat ini India menjadi sorotan pelaku pasar karena negara tersebut tengah berjuang menahan laju kenaikan kasus Covid-19," tutur Nico.

Dari dalam negeri, menurut Nico, pelaku pasar menyambut baik realisasi investasi asing pada kuartal pertama yang tumbuh 14 persen secara tahunan dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya 5,5 persen. 

Selain itu, upaya pemerintah dalam mendorong pelaku usaha untuk membayarkan THR secara full di tahun ini menjadi perhatian pelaku pasar. Hal tersebut seiringan dengan kemampuan para pelaku usaha dalam memenuhi kewajiban tersebut. 

Berdasarkan data dari Kadin, beberapa sektor seperti pariwisata dan angkutan umum dinilai belum mengalami pemulihan. Sehingga, kebijakan tersebut dinilai dapat menghambat laju ekspansi pelaku usaha.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement