REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) meraih laba sebesar Rp 321 miliar pada kuartal I 2021. Perolehan tersebut mengalami penurunan hingga sebesar 78,8 persen dari Rp1,51 triliun pada kuartal I 2020.
Meski demikian, perseroan mampu mempertahankan tingkat profitabilitas dengan membukukan marjin EBITDA sebesar 50 persen. Presiden Direktur & CEO XL Axiata Dian Siswarni mengakui industri telekomunikasi berlangsung sangat ketat selama pandemi Covid-19.
Menurutnya, perseroan mampu menjaga profitabilitas karena fokus mengimplementasikan Operational Excellence dan digitalisasi di berbagai lini. Selain itu, perseroan juga terus menhupayakan peningkatkan efisiensi bisnis.
"Di sisi lain, kami juga meluncurkan produk-produk yang tepat sesuai kebutuhan pelanggan dengan mengoptimalkan pemanfaatan data analytics sehingga upaya upselling melalui saluran penjualan omni channel bisa dilakukan dengan tepat," kata Dian, Selasa (27/4).
Beban operasional XL Axiata di kuartal pertama 2021 menurun sebesar 6 persen secara tahunan. Penurunan ini antara lain didorong oleh berkurangnya Interkoneksi dan beban langsung lainnya sebesar 28 persen secara tahunan. Interkoneksi menjadi lebih rendah sebagai akibat dari penurunan lalu lintas layanan legacy (SMS dan voice).
Pada kuartal pertama 2021, XL Axiata juga mencatat peningkatan kontribusi pendapatan data terhadap pendapatan layanan (service revenue) menjadi 94 persen, dengan penetrasi smartphone menjadi 90 persen, yang merupakan tertinggi di industri.
Sementara itu, pembangunan jaringan data 4G terus berlangsung, dan hingga akhir kuartal pertama 2021 telah mencapai 458 kota/kabupaten di berbagai wilayah di Indonesia dengan 57 ribu Base Transceiver Station (BTS) 4G. Total jumlah BTS saat ini mencapai sebanyak lebih dari 147 ribu, dengan porsi terbanyak BTS 4G.
XL Axiata terus melanjutkan perluasan 4G ke seluruh Indonesia, terutama di luar Jawa, termasuk dengan melakukan fiberisasi secara massif untuk meningkatkan kapasitas jaringan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan layanan data saat ini dan masa mendatang dan juga kesiapan adopsi teknologi baru.
"Dengan fiberisasi yang mampu menyediakan kapasitas besar ini, tentunya sangat mendukung efisiensi biaya untuk pencapaian profitabilitas," terang Dian.
Untuk menyiapkan jaringan menuju 5G, XL Axiata juga terus melanjutkan proses fiberisasi jaringan guna meningkatkan kapasitas jaringan transport. Fiberisasi terbukti mampu meningkatkan kualitas jaringan untuk menopang sejumlah layanan data dengan kapasitas besar, seperti antara lain live video streaming.
Perseroan juga terus berusaha memperluas jaringan data terutama di luar Jawa. Dalam hal ini, perseroan juga menjajaki pemanfaatan teknologi Open RAN agar pembangunan jaringan bisa lebih efisien dari sisi biaya. Uji coba Open RAN telah mulai dilaksanakan Februari 2021 lalu dengan mengambil lokasi di Ambon, Maluku.
Sementara itu, trafik data sepanjang kuartal I 2021 meningkat 40 persen secara tahunan dari 997 Petabyte menjadi 1.391 Petabyte. Jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, trafik data meningkat 1 persen. Trafik data ini tetap meningkat meskipun total jumlah pelanggan meningkat tipis dari 55,49 juta di periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 56,02 juta di periode saat ini.
Sebagai bagian dari program transformasi digital, perseroan terus meningkatkan pemanfaatan digital IT, artificial intelligent, omni channel dan data analytics untuk mengidentifikasi secara tepat apa saja kebutuhan setiap segmen pelanggan atas layanan telekomunikasi dan data. Dengan demikian perusahaan bisa lebih tepat pula dalam pembuatan produk layanan baru.
Dari sisi kondisi finansial, neraca perusahaan tetap sehat dengan saldo kas yang relatif tinggi. Free Cash Flow (FCF) juga ada pada tingkat yang sehat, yaitu sebesar Rp 1,40 triliun. Untuk jumlah utang bersih berkurang hingga 15 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Demikian juga rasio utang bersih terhadap EBITDA juga yang terus membaik hingga mencapai 0,6 kali. XL Axiata saat ini juga tidak memiliki pinjaman dalam denominasi dolar AS. Sebesar 66 persen dari pinjaman di antaranya berbunga floating dan pembayarannya terkelola hingga dua tahun ke depan.