REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah menguat pada akhir perdagangan Jumat pada angka Rp14.565 per dolar Amerika Serikat, didukung pertumbuhan ekonomi China pada kuartal pertama tahun ini.
Sedangkan rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) diperdagangkan pada angka Rp14.592 per dolar.
Ibrahim Assuaibi, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, mengatakan kebangkitan ekonomi China sebesar 18,3 persen pada saat pandemi Covid-19 belum usai, akan berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Ini sinyal positif pemulihan ekonomi di dalam negeri bisa dilakukan dengan cepat,” ujar dia dalam analisis harian, Jumat.
Bahkan perkiraan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal kedua sebesar 7 persen kemungkinan bisa terealisasi, ujar dia.
“Sebagai kalkulasi, setiap pertumbuhan ekonomi China 1 persen akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,05 persen,” ujar dia.
Dengan demikian dampak dari pertumbuhan ekonomi China akan terasa pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini.
Dampak pertumbuhan ekonomi China ini menurut dia akan langsung terasa pada sisi ekspor, sehingga neraca perdagangan Indonesia berpotensi surplus hingga beberapa bulan ke depan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor nonmigas Indonesia ke China tercatat sebesar 3,73 miliar dolar AS per Maret 2021, angka itu naik dari posisi Februari 2021 yang sebesar 2,95 miliar dolar.
“Kontribusi ekspor Indonesia ke China sebesar 21 persen per Maret 2021, itu lebih tinggi kontribusinya dari pada sebelum covid-19,” ujar dia.