REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perekonomian China melesat meninggalkan negara-negara lain di dunia setelah menderita penurunan karena Covid-19 tahun lalu. Pada kuartal I 2021, China mencatat rekor pertumbuhan ekonomi produk domestik bruto (PDB) tertingginya sejak 1992 yakni 18,3 persen (yoy).
Pertumbuhan positif tersebut menjadi kabar baik untuk membantu pemulihan ekonomi global. Hal ini mengingat China merupakan salah satu penopang perekonomian dunia.
Menurut Ekonom Center of Reform of Economics (CORE) Yusuf Rendy perbaikan perekonomian China secara langsung akan berdampak pada kinerja ekspor langsung Indonesia. Pasalnya, China merupakan salah satu partner dagang terbesar Indonesia.
“Perbaikan perekonomian China, akan mendorong permintaan permintaan ekspor produk Indonesia seperti batu bara dan peningkatan permintaan dari China juga pada akhirnya meningkatkan harga acuan batu bara,” ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Jumat (16/4).
Yusuf menyebut membaiknya ekspor Indonesia yang ditopang China sudah terbukti dari meningkatkan kinerja dagang pada kuartal I 2021. Hal ini terjadi terhadap pertumbuhan ekspor produk industri maupun juga produk komoditas seperti batu bara.
“Hal ini juga yang menjadikan salah satu faktor surplus neraca dagang Indonesia pada Februari dan Maret 2021,” ucapnya.
Selain dari sisi ekspor, menurutnya, perbaikan kinerja dagang yang disebabkan pemulihan ekonomi China, juga berdampak pada beberapa pos penerimaan negara seperti bea keluar maupun penerimaan negara bukan pajak khusus nonmigas. Data pada Februari menunjukkan beberapa sektor ini memang mengalami peningkatan seiring dengan perbaikan ekspor komoditas Indonesia.
Namun demikian perbaikan ekonomi China juga perlu dilihat dari kacamata potensi kembali meningkatnya impor dari China ke Indonesia. Hal ini artinya kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan impor seperti misalnya penggunaan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) perlu dilihat kembali dengan potensi kembali meningkatnya impor dari China.
“Jadi pemulihan ekonomi global tentu secara tidak langsung akan ikut berdampak pada kinerja ekspor negara-negara berkembang termasuk di dalamnya Indonesia,” ucapnya.