REPUBLIKA.CO.ID, MOJOKERTO -- Bantuan pengembangan kawasan serta bantuan benih cabai dari Kementerian Pertanian (Kementan) yang sebagian besar tertanam pada akhir 2020 kini panen. Sehingga volume pasokan ke pasar kembali stabil dan harga normal.
Stabilnya harga cabai ini tidak terlepas dari pendampingan dan bimbingan pengembangan kawasan cabai dari Kementan. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo terus menerus meminta jajarannya untuk menjaga stabilitas pasokan agar harga yang diterima tidak merugikan petani dan tidak memberatkan konsumen.
"Alhamdulillah, sekarang cabai sudah normal kembali. Di tingkat petani itu Rp 30 ribuper kilogram (kg). Saya tegaskan bahwa naiknya harga cabai tempo hari karena belum memasuki masa panen di daerah sentra,” ujar Dirjen Hortikultura, Prihasto Setyanto, seperti dalam siaran persnya.
Dirinya merasa bahwa hikmah di balik meningkatnya harga sipedas ini, petani bisa melunasi utang yang ditanggung pada panen sebelumnya. Termasuk mampu membeli barang atau sesuatu yang diinginkan selama ini.
"Saya yakin tingginya harga cabai sangat disyukuri petani. Mereka bisa melunasi hutangnya atas kerugian pada musim panen tahun lalu. Kita tahu bahwa cabai sempat jatuh harganya akibat cuaca ekstrem dan sekaligus efek kebijakan PSBB," tambahnya.
Dengan laba yang diperoleh, lanjutnya, secara tidak langsung menyemangati petani untuk terus bertanam. Termasuk menabung untuk jaga-jaga jika di musim panen yang akan datang harga tidak bersahabat karena hasil panen melimpah.
Masyarakat dapat kembali tenang. Cabai rawit yang tadinya menyentuh harga Rp 100 ribu/kg di tingkat petani, kini kembali di angka Rp 30 ribu/kg. Meski turun, petani cukup berbahagia karena keuntungan selama meroketnya harga mampu menutupi kerugian pada musim panen sebelumnya. Bahkan viral, petani mampu memborong motor dan mobil ketika pedasnya harga sejak akhir Januari lalu.
Anggota Kelompok Tani Sumber Rejeki, Supeno juga mengakui bahwa dirinya mengantongi Rp 170 juta dari hasil panen cabai rawit seluas 1 hektare. "Iya, sekarang banyak yang bisa nabung. Ada yang beli motor, sapi, emas, bahkan mobil dari hasil panen musim ini. Alhamdulillah utang teman-teman petani bisa terbayar. Kalau saya sendiri memperoleh Rp 170 juta dan bisa beli mobil," ujarnya bangga.
Petani lain, Saimin membeberkan bahwa harga yang diperoleh sejak awal panen Januari sebesar Rp 50 ribu/kg lalu naik Rp 10 ribu/kg setiap minggunya. Puncaknya harga Rp 100 ribu/kg lalu turun lagi sampai Rp 30 ribu per hari ini, (1/4).
"Prediksi saya harga akan turun lagi karena daerah-daerah lain mulai panen," sambung Saimin.
Pertanaman cabai di Kabupaten Mojokerto terpusat di Kecamatan Dawar Blandong dan Jetis. Lahannya merupakan lahan tadah hujan yang hanya bisa ditanami cabai setahun sekali. Pertanaman yang sedang dipanen saat ini merupakan pertanaman bulan Oktober-Desember seluas 2.961 hektare.
Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto, Wastuti Muryati saat diwawancarai mengungkapkan bahwa tahun ini petani cabai di Mojokerto mendapatkan pendapatan yang luar biasa dibanding tahun-tahun sebelumnya. Meskipun harga saat ini sudah turun, namun petani sudah menikmati harga tinggi pada waktu puncak panen.
“Persiapan Ramadhan-Idul Fitri nanti masih ada 823 hektare yang akan dipanen. Insya Allah sampai lebaran harga stabil. Kediri, Gresik, Malang dan wilayah Jawa Tengah juga memasuki panen raya," pungkasnya.