REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengaku telah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dalam mengantisipasi dampak embargo vaksin. Ia berharap embargo ini tak mengganggu proses jalannya vaksinasi di Indonesia.
"Kami berkoordinasi dengan Kemenlu untuk bisa diplomasi seandainya suplai tetap bisa sesuai jadwal," ujar Honesti saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Senin (29/3).
Honesti memperkirakan ancaman embargo akan membuat pengiriman vaksin donasi dari Global Alliance for Vaccines and Immunisation (Gavi) atau Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi serta Vaccines Global Access (Covax) ke Indonesia akan tertunda.
Honesti menyebut ancaman embargo vaksin tak lepas dari adanya kenaikan lonjakan kasus covid-19 di Eropa dan India sebagai salah satu produsen vaksin terbesar yang sedang melakukan pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
"Informasi kemarin, rencana yang dari Covax akan ada penundaan dari sisi pengiriman suplai ke Indonesia. Sementara (pengiriman) Sinovac masih tetap sesuai jadwal," ucap Honesti.
Honesti menilai suplai pengiriman vaksin sangat penting dalam memastikan proses pelaksanaan vaksinasi. Honesti tak ingin isu embargo vaksin menurunkan proses pelaksanaan vaksinasi di Indonesia
"Kita tidak mau (vaksinasi) terganggu. Sekarang vaksinasi sudah lebih baik mencapai 500 ribu vaksinasi per hari dibandingkan sebelumnya 100 ribu vaksinasi per hari, ini jangan sampai terganggu akibat adanya penundaan (pengiriman) Covax," kata Honesti menambahkan.