Kamis 25 Mar 2021 13:51 WIB

Pemerintah Andalkan Closed Loop untuk Jaga Harga Pangan

Program kemitraan Closed Loop sudah dijalankan di Kabupaten Sukabumi.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Sayuran dan buah produk hortikultura (ilustrasi)
Foto: distan.pemda-diy.go.id
Sayuran dan buah produk hortikultura (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor Pertanian merupakan satu-satunya sektor yang tumbuh positif sebesar 1,75 persen pada 2020. Kontribusi sektor tersebut sebesar 13,70 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan (19,88 persen). 

Sub sektor hortikultura menunjukkan pertumbuhan tertinggi dibanding komoditas pertanian lainnya, yaitu tumbuh 4,17 persen, dengan kontribusi sebesar 11,84 persen. Sedangkan sub sektor tanaman pangan tumbuh 3,54 persen dan sub sektor perkebunan tumbuh 1,33 persen. 

Baca Juga

Pada sisi lain, komoditas hortikultura masih sering menghadapi persoalan missmatch antara produksi dan pemasaran yang terjadi karena adanya time lag yang cukup panjang antara waktu penanaman dengan saat produk dikonsumsi. Dengan begitu, petani belum dapat memenuhi keinginan pasar. Akibatnya, baik petani maupun konsumen sering menghadapi ketidakpastian pasokan dan harga.

Demi mengatasi ketidakpastian itu, pemerintah menggelar Penanaman Perdana Program Kemitraan Closed Loop Komoditas Hortikultura di Desa Selaawi, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi pada Rabu (24/3). “Pemerintah memastikan akan terus mendukung berbagai inisiatif sinergi dan kolaboratif seperti inklusif closed loop yang melibatkan petani, koperasi, perbankan, hingga off taker diharapkan menjadi lesson-learned bagi petani hortikultura," ujar Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura Kemenko Perekonomian Yuli Sri Wilanti melalui siaran pers, Kamis (25/3).

Acara itu, kata dia, merupakan tindak lanjut arahan Presiden Joko Widodo dalam acara Food Security Summit ke-5 pada 18 November 2020. Program yang dilakukan di Kabupaten Sukabumi ini membudidayakan cabai rawit merah sebagai komoditi utama serta budidaya buncis dan sawi putih sebagai komoditi tanaman tumpang sari pada lahan pilot project closed loop seluas 1,3 hektar. 

“Pengembangan kemitraan closed loop hortikultura dimaksudkan membangun ekosistem rantai pasok dan rantai nilai dari hulu sampai dengan hilir yang terintegrasi dan bersifat end to end model. Petani diajarkan budidaya sesuai good agricultural practices dengan memperhatikan pola tanam, pola panen, penanganan pasca panen hingga distribusi dan pemasaran untuk menghasilkan produk berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar”, tutur Yuli. 

Program pengembangan kemitraan closed loop ini menjadi program prioritas nasional dan diharapkan menjadi success story yang dapat direplikasi di wilayah lain di Indonesia. Kemenko Perekonomian akan mengoordinasikan melalui integrasi kebijakan, serta memfokuskan upaya meningkatkan program kemitraan petani dalam skala yang lebih besar, dalam lahan lebih luas, sekaligus melibatkan lebih banyak petani.

Hal itu sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo. Closed loop ini diharapkan mampu melibatkan 2 juta petani swadaya pada 2023. 

Dalam acara tersebut terdapat penyerahan secara simbolis peralatan sarana dan prasarana pertanian berupa mesin cultivator, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Tani, cold storage, bantuan sewa gudang, bantuan distrisbusi, benih, pupuk, pestisida, dan perlindungan tanaman kepada para petani closed loop. Lalu ditutup dengan kegiatan penanaman perdana dan foto bersama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement