REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengusulkan agar alat deteksi Covid-19 GeNose digunakan di lingkungan pabrik. Dengan begitu, lebih mudah melakukan screening harian ke para karyawan.
"Saya usulkan kepada Menko Perekonomian sekaligus ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Penanganan Ekonomi Nasional, supaya GeNose bisa lebih banyak dipakai di pabrik," ujar Bambang saat menyerahkan GeNose kepada Menko Perekonomian, Senin (22/3). Menurutnya, penggunaan Genose di pabrik penting demi meningkatkan perekonomian nasional.
"Kalau kita lihat dalam pertumbuhan ekonomi kita, salah satu yang mengalami kontraksi yakni sektor manufaktur. Meski ada faktor demand, tapi ada gangguan operasi pabrik, karena mungkin karyawannya yang besar tidak bisa bekerja optimal," tutur dia.
Maka, sambungnya, diharapkan GeNose bisa menjadi solusi bagi sektor manufaktur agar bangkit kembali. Jadi nantinya, tes Covid-19 dengan GeNose dilakukan ke semua karyawan yang akan mulai bekerja. "Hanya yang hasilnya negatif, boleh bekerja. Kita ciptakan keamanan dalan pabrik sendiri, meski tetap pakai masker dan jalankan 3M secara disiplin," jelas Bambang.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyambut baik usulan tersebut. Dirinya pun mendorong, GeNose diproduksi lebih banyak.
Saat ini produksi GeNose baru sekitar 3.000 per bulan. Diharapkan pada Juni atau Juli bisa mencapai 10 ribu sampai 15 ribu per bulan.
"Ada usulan GeNose digunakan untuk industri. Tentu industri tidak mungkin membeli 1 alat GeNose, mereka bisa membeli 5 sampai 10 unit," ujar Airlangga pada kesempatan serupa.
Menurutnya, GeNose dapat digunakan dalam mendeteksi awal Covid-19. Terutama di berbagai tempat bermobilitas tinggi.
"Tentu ada layer pengetesan Covid-19. Sehingga cost keseluruhan akan terus berkurang, sekarang kapasitas produksi (GeNose) harus ditingkatkan," tegas dia.