REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Negara kelompok G7 mendukung Dana Moneter Internasional (IMF) untuk memberikan bantuan kepada negara-negara berkembang dalam mengatasi pandemi virus korona. Inggris yang menjadi pemimpin kelompok G7 pada tahun ini mengatakan, para menteri keuangan G7 telah sepakat untuk mendukung peningkatan volume Special Drawing Rights (SDR) oleh IMF.
"Perjanjian tonggak penting hari ini, kelompok G7 membuka jalan bagi tindakan penting dan terpadu untuk mendukung negara-negara berpenghasilan rendah di dunia, memastikan bahwa tidak ada negara yang tertinggal dalam pemulihan ekonomi global dari virus korona,” kata Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak.
Kabar tersebut disambut baik oleh Managing Director IMF Kristalina Georgieva. Tahun lalu IMF mengatakan ingin meningkatkan alokasi SDR menjadi 500 miliar dolar AS dari 293 miliar dolar AS yang disepakati pada saat ekspansi terakhir tahun 2009, tepat setelah krisis keuangan global. Ekspansi itu ditentang oleh mantan Presiden Amerika (AS) Serikat Donald Trump.
Bulan lalu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan, dia menginginkan perluasan tetapi harus ada transparansi yang lebih besar terkait penggunaan SDR. Setiap perluasan SDR perlu disepakati dengan negara-negara di luar G7, termasuk Cina, sebelum pertemuan musim semi IMF pada April mendatang.
Lembaga pemeringkat kredit Fitch mengatakan, peningkatan SDR menjadi 500 miliar dolar AS akan setara dengan 0,5 persen dari output ekonomi tahunan global dan mewakili 3,5 persen dari cadangan keuangan global.
“Ini akan membantu negara-negara untuk menghadapi tekanan pembiayaan eksternal segera, tetapi tidak cukup untuk meringankan tantangan pembayaran hutang yang lebih luas,” ujar Fitch.
Kementerian Keuangan Inggris mengatakan SDR tambahan akan membantu negara-negara miskin membayar kebutuhan penting seperti vaksin dan impor makanan. Bantuan tersebut juga akan meningkatkan penyangga pasar negara berkembang dan negara berpenghasilan rendah.