REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- China saat ini menjadi salah satu mitra dagang utama Indonesia. Namun, pada Februari 2021, terjadi penurunan ekspor nonmigas yang tajam dari Indonesia ke China.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, mengatakan, nilai ekspor dari Indonesia ke China tercatat 2,95 miliar dolar AS. Nilai tersebut mengalami penurunan 96,2 juta dolar AS dari bulan Januari ke Februari 2021 (month to month/mtm). Itu merupakan penurunan ekspor terbesar kedua setelah India yang mencapai 178 juta dolar AS.
"Ada beberapa komoditas ekspor ke China yang turun tajam," kata Suhariyanto dalam konferensi pers, Senin (15/3).
Ia menyebutkan, penurunan nilai ekspor yang paling tinggi yakni minyak hewan nabati sebesar 40,99 persen. Kemudian diikuti pulp dari kayu turun 21,55 persen dan bahan bakar mineral turun 3,74 persen.
Sementara ekspor mengalami penurunan, impor Indonesia dari China tercatat sebesar 3,92 miliar dolar AS. Angka tersebut turun 215,9 juta dolar AS dari bulan sebelumnya.
Meski angka penurunan impor lebih banyak tetapi angka ekspor tetap lebih kecil daripada impor sehingga mencatatkan defisit 968,5 juta dolar AS. Defisit perdagangan dengan China merupakan yang terbesar di antara negara-negara mitra dagang lainnya.