REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Provinsi Aceh memasok lobster, sejenis udang karang laut, untuk kebutuhan pasar ekspor, di antaranya ke China.
"Kami memasok lobster untuk kebutuhan ekspor ke China. Ekspor via pengekspor di Jakarta. Untuk mengekspor langsung dari Aceh masih ada kendala," kata Amri, pemilih UMKM CV Kana Cahaya Bahari, pemasok komoditas laut, di Banda Aceh, Jumat (24/5/2024).
Ia mengatakan pasokan lobster dikirim ke penampungan di Jakarta setiap satu atau dua hari sekali dengan menggunakan penerbangan komersial. Lobster yang dikirim dalam bentuk hidup. Untuk sekali kirim lebih dari 100 kilogram yang terbagi dalam beberapa kotak isi 15 kilogram.
"Selanjutnya dari Jakarta, lobster diistirahatkan beberapa jam sebelum dikirim ke China, jika tidak, lobster menjadi lemas dan risiko mati cukup tinggi," kata Amri.
Lobster tersebut dikumpulkan dari nelayan di beberapa daerah seperti Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Jaya, bahkan ada dari Kabupaten Simeulue,
Amri mengatakan pihaknya belum bisa mengekspor lobster hidup ke China karena tidak adanya penerbangan komersial langsung dari Aceh. Sebab, untuk mengirim lobster dalam keadaan hidup membutuhkan waktu paling lambat delapan hingga sembilan jam untuk tiba di daerah pengiriman.
"Jika waktu pengiriman lebih lama, maka lobster akan lemas dan mati, sehingga tidak memiliki nilai jual lagi. Karena itu, kami hanya bisa memasoknya untuk kebutuhan ekspor kepada pengusaha di Jakarta," katanya.
Amri mengatakan pihaknya pernah melakukan ekspor dari Aceh melalui Kuala Lumpur, Malaysia ke China. Dari Kuala Lumpur, tidak bisa dikirim langsung ke negara tujuan, tetapi harus transit paling cepat enam jam.
Namun, kata Amri, karena tidak ada fasilitas penampungan sementara di Kuala Lumpur dan lobster tetap dalam kotak pengiriman, maka kondisi lemas dan banyak yang mati. Ironinya, lobster tersebut tetap dikirim ke China, walau dalam kondisi sudah mati.
"Sampai di Cina, semua lobster mati dan pihak karantina di negara itu menyitanya karena dianggap penyakit. Kondisi ini menyebabkan kami mengalami kerugian. Makanya, kami tidak berani mengekspor langsung lobster karena tidak ada koneksi langsung transportasinya," kata Amri.
Oleh karena itu, Amri berharap ada upaya dari pemerintah daerah mencari solusi agar komoditas hasil laut bisa diekspor langsung dari Aceh, tanpa harus melalui provinsi lain. "Banyak komoditas hasil laut dari Aceh diminati di negara-negara lain, seperti China. Jika komoditas ini bisa diekspor langsung dari Aceh, tentu nilai ekonominya lebih tinggi," kata Amri.