REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Harga kedelai impor yang diterima pengrajin tahu dan tempe tembus hingga Rp 10 ribu per kilogram (kg). Kondisi itu membuat harga produk tahu dan tempe tetap mahal dan berimbas pada penurunan penjualan.
Ketua Umum Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifuddin, mengatakan, harga kedelai yang diterima pengrajin berkisar antara Rp 9.800 per kg hingga Rp 10.500 per kg. Ia menegaskan, harga sudah tinggi dari level importir.
Sementara itu, operasi pasar yang sebelumnya dilakukan oleh Asosiasi Kedelai Indonesia dengan harga Rp 8.500 per kg tidak bertahan lama. Aip mengatakan, dari keputusan bersama Kementerian Pertanian (Kementan) di mana akan dialokasikan 317 ribu ton, realisasi masih sangat kecil."Ini sudah dua bulan dari Januari sampai Februari (realisasi) tidak sampai 2.000 ton, berarti tidak sampai 1 persen," kata Aip, Selasa (2/3).
Harga kedelai yang tinggi memaksa pengrajin untuk menaikkan harga tahu dan tempe. Harga tahu saat ini berkisar Rp 500 hingga Rp 600 per potong sementara tempe mulai Rp 15 ribu hingga Rp 17 ribu per kg."Sekarang kalau dibilang penjualannya turun. Ada yang 20 persen sampai 50 persen harga harganya mahal," tuturnya menambahkan.
Penurunan permintaan pun tercermin dari total impor kedelai. Tahun 2019, Aip mengatakan total impor kedelai sebanyak 2,67 juta ton turun menjadi 2,45 juta ton. Aip mengatakan, Gakoptindo telah mengirim surat kepada Menteri Perdagangan untuk kembali membahas permasalahan kedelai."Untuk mencari jalan tengah dan win win solution. Kita ingin mencari solusi terbaik," ujarnya.