Jumat 29 Jan 2021 13:11 WIB

Enam Maskapai Besar AS Merugi Rp 476 Triliun Sepanjang 2020

Tahun lalu menjadi bencana bagi maskapai penerbangan Amerika Serikat.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
United Airlines, salah satu maskapai penerbangan asal Amerika Serikat (AS).
Foto:

CEO American Airlines Doug Parker menyebutkan, pembatasan perjalanan ini menyebabkan penurunan permintaan terhadap maskapai. "Kami telah melihat dampaknya, khususnya pada perjalanan internasional jarak pendek, seperti Meksiko dan Karibia," ujarnya.

Maskapai mendukung pengujian terhadap pelancong internasional sebagai cara untuk menghilangkan hambatan perbatasan dan persyaratan karantina lain. Tapi, mereka mati-matian menentang pengujian pelancong di AS karena mahal dan tidak praktis.

CEO Southwest Gary Kelly berpendapat, AS memiliki kapasitas pengujian yang terbatas dan harus fokus dalam pengendalian virus dengan memvaksinasi orang lebih cepat.

Selain itu, Kelly menekankan, jika ingin melakukan pengujian, langkah ini seharusnya diberlakukan secara luas dan tidak terbatas pada transportasi udara. "Jika Anda ingin menguji orang, ujilah di toko bahan makanan, atau sebelum mereka pergi ke restoran. Kenapa harus perjalanan udara saja?" katanya.

Dengan proyeksi pertumbuhan industri perjalanan yang masih lemah, maskapai penerbangan berencana terus memangkas biaya produksi. Hal ini berpotensi meningkatkan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Fokus maskapai sekarang adalah menyeimbangkan ongkos produksi dengan pemasukan. American Airlines memproyeksikan, maskapai akan kehilangan 30 juta sehari kuartal AS pada kuartal pertama. Sementara itu, Southwest memperhitungkan dapat ‘membakar’ uang 10 juta sampai 15 juta dolar AS sehari.

Analis Wall Street memperkirakan, maskapai penerbangan akan kembali merugi tahun ini, namun tidak separah tahun lalu, menurut data yang dihimpun FactSet.

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement