REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menyatakan, surplus neraca perdagangan Indonesia saat ini bukan surplus sehat. Bahkan menurutnya mengganggu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan hingga 21,7 miliar dolar AS pada 2020. "Ini analisa saya, kalau waktu dulu itu darah tinggi karena overheating ekonominya. Sekarang kejadiannya justru lemah perekonomian kita," ujar Lutfi dalam Media GroupNews Summit pada Rabu (27/1).
Ia menyebutkan, sebanyak 72 persen impor Indonesia merupakan bahan baku dan bahan penolong. Sementara, hanya tiga persen dari impor tersebut yang digunakan untuk ekspor, sisanya digunakan bagi konsumsi dalam negeri.
"Kalau ini didiamkan bisa kacau. Makanya tadi saya bilang, industri otomotif dan sepeda itu buat saya penting," ujar dia.
Dia berharap, masyarakat kembali membeli otomotif. "Ketika pertumbuhan kredit minus, artinya orang nggak ambil uang, karena nggak ada kegiatan perekonomian. Ini nggak bagus buat perekonomian, maka saya ingin bicara dengan Menkeu kasih insentif agar orang konsumsi dulu membeli mobil dan motor," tutur Lutfi.