REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan, harga daging terutama daging sapi memang mengalami kenaikan. Hal itu dikarenakan ada kenaikan harga dari sumber pembeliannya di Australia.
"Memang benar ada konfirmasi ada kenaikan harga terutama daging sapi. Ini karena ada kenaikan harga impor Australia," ujar Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Didi Sumedi usai mengunjungi PT Suri Nusantara Jaya - Cold Storage di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (21/1).
Didi menyebutkan, dalam enam bulan belakangan, harga impor daging sapi Australia rata-rata 2,8 dolar Australia per kilogram (kg), sekarang menjadi 3,8 dolar Australia per kg. Maka para pedagang meminta agar pemerintah menurunkan harga daging tersebut.
Jadi Kemendag menegaskan, sebenarnya stok daging ada di RPH (Rumah Pemotongan Hewan). Hanya saja harga pembeliannya naik.
"Kenaikan harga sapi di Australia disebabkan akrena mereka sedang ada program regenerasi populasi sapi mereka. Dengan begitu mereka sedikit menahan ekspor mereka, sehingga gejala suplai dan demand agak berubah," jelas Didi.
Dirinya menambahkan, jika suplai barang sedikit berubah, harganya pun dipastikan naik. Kini, lanjut dia, Kemendag akan berupaya mencari sumber daging sapi lain.
"Kita enggak tinggal diam, dalam hal ini akan mencoba sumber lain. Bisa dari India, Brazil, Meksiko, kita lagi jajaki ke depan, tidak hanya dalam jangka waktu dekat tapi untuk isi stok Ramadhan dan Idul Fitri," tegasnya.
Kini, ia memastikan stok daging terutama daging sapi tersedia dan aman. "Kita kerja sama dengan semua pihak dari penyedia daging beku dan juga beberapa importir sapi, dari sapi Bangkalan, juga berkomitmen memasok daging segar ke RPH, lalu RPH pasok ke pedagang," jelas Didi.