REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (13/1) berpeluang menguat, seiring turunnya imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS). Pada pukul 9.47 WIB rupiah menguat 52 poin atau 0,37 persen ke posisi Rp 14.078 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp 14.130 per dolar AS.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu, mengatakan, pagi ini terlihat tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun mulai menurun dan hal itu mendorong pelemahan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya. "Ini juga berpotensi mendorong penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini," ujar Ariston.
Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun ditutup turun di kisaran 1,12 persen pada Selasa (12/1) dibanding sebelumnya tutup di 1,15 persen. Pagi ini imbal hasil obligasi AS sudah bergerak turun di 1,11 persen.
Ariston menuturkan pelaku pasar juga masih berekspektasi positif terhadap potensi stimulus lanjutan AS di bawah Pemerintahan Joe Biden. Hal tersebut bisa menopang penguatan nilai tukar rupiah sebagai aset berisiko terhadap dolar AS.
"Dari dalam negeri, vaksinasi yang akan mulai dilakukan hari ini juga bisa memberikan dukungan untuk penguatan rupiah," kata Ariston.
Ariston memperkirakan pada akhir tahun rupiah bergerak di kisaran Rp 14.050 per dolar AS hingga Rp 14.200 per dolar AS. Pada Selasa (12/1) lalu rupiah ditutup melemah 5 poin atau 0,04 persen ke posisi Rp 14.130 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp 14.125 per dolar AS.