REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia (BCA) Tbk menyuarakan penggunaan produk buatan lokal. Adapun langkah ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan perusahaan memberikan pendampingan bagi UMKM melalui kegiatan pelatihan dan pengembangan khusus media digital. “Kantor cabang BCA di Bali dan mungkin nanti akan bertambah di wilayah lainnya untuk mendukung kampanye Program Bangga Buatan Indonesia," ujarnya saat acara webinar Bank Indonesia Kpw Bali, Senin (11/1).
Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM), lebih dari 64 juta unit UMKM yang berkontribusi 97 persen terhadap total tenaga kerja dan 60 persen bagi PDB nasional.
Jahja memaparkan BCA pun memiliki Program Bangga Lokal yang visi misinya sama dengan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia mendukung UMKM. Adapun program Bangga Lokal BCA sudah berjalan sejak November 2020 hingga Desember 2020 juga ada 185 merchant.
"Kami pun memfasilitasi para pelaku UMKM dengan program kredit yang akan membantu permodalan maupun pembiayaan yang memadai selain program kredit BCA juga membantu kelengkapan infrastruktur pembayaran, sehingga memudahkan pada UMKM untuk berwirausaha," ucapnya.
Sementara perusahaan lokal Indokuliner menggandeng sejumlah UMKM daerah di Indonesia ikut meramaikan pasar lokal. Indokuliner bersama UMKM daerah berupaya menciptakan produk yang berkualitas dan sekaligus menjadi wadah bagi UMKM daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pemilik Indokuliner Peter Wijono menambahkan Indokuliner juga membantu meningkatkan kesejahteraan serta penjualan para pelaku UMKM daerah untuk menguasai industri e-commerce dan merasakan langsung manfaat teknologi.
“Kami bekerja sama dengan UMKM daerah untuk memasarkan produk lokal seperti abon dan bawang goreng, karena produk tersebut paling digemari oleh anak-anak, remaja dan dewasa. Tentunya kami sangat selektif dalam menentukan produk yang akan kami jual, selain rasa, kualitas produk serta proses produksi harus memenuhi standar keamanan pangan juga,” ujarnya kepada wartawan, Senin (11/1).
Menurutnya Indokuliner tidak bekerja sendiri, tetapi bekerja sama dengan beberapa marketplace besar yang ada di Indonesia salah satunya adalah Shopee. Pada awal 2018 Indokuliner merupakan salah satu divisi kuliner dari group usaha miliknya, hanya menjual bawang goreng saja dengan omzet sekitar Rp 10 juta per bulan.
Takjub melihat respon pasar yang baik terhadap penjualan bawang goreng Indokuliner, akhirnya sang pemilik menambah varian berupa abon sapi dan beberapa produk seperti madu, ginseng, cordyceps serta produk makanan lainnya, sehingga omzet rata-rata Indokuliner sebesar Rp 200 juta per bulan, yang didominasi oleh penjualan abon dan bawang goreng.
“Peningkatan omzet penjualan yang sangat signifikan era pandemi tentunya tidak datang begitu saja. Kesigapan tim marketing dalam menciptakan ide kreatif dengan memanfaatkan teknologi informasi, didukung dengan produk yang berkualitas serta tenaga administrasi online yang sangat berpengalaman menjadi sebuah kombinasi sempurna untuk menjadi modal dasar dalam mencapai target yang ditentukan,” ucapnya.
Menapaki 2021, Peter mematok target penjualan Indokuliner sebesar 300 juta per bulan. Hal ini akan menjadi tantangan besar bagi perusahaan, namun diyakini adanya dukungan penuh dari para pelaku UMKM di daerah serta kesiapan team penjualan maka perusahaan sangat optimistis target tersebut dapat tercapai.