Selasa 05 Jan 2021 19:33 WIB

Harga Kedelai Naik, Kementan Harus Benahi Pertanian Kedelai

Kualitas dan harga kedelai lokal diharapkan mendekati harga dan kualitas impor

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Gita Amanda
Para perajin memproduksi tempe di Kampung Sukamaju, Kelurahan Panglayungan, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Selasa (5/1). Ukuran tempe diperkecil oleh para perajin lantaran harga kedelai mahal.
Foto: Republika/Bayu Adji P
Para perajin memproduksi tempe di Kampung Sukamaju, Kelurahan Panglayungan, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Selasa (5/1). Ukuran tempe diperkecil oleh para perajin lantaran harga kedelai mahal.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Naiknya harga kedelai akhir-akhir ini sangat memberatkan para perajin tahu dan tempe. Kondisi ini disikapi sejumlah kalangan DPR RI yang meminta pemerintah fokus pada pembenahan pertanian kedelai lokal.

''Selama ini kedelai impor Amerika biasanya dijadikan bahan baku pembuatan tempe dan tahu, yang kini harganya mengalami lonjakan,'' ujar Anggota Komisi IV DPR RI Slamet kepada wartawan di Sukabumi, Selasa (5/1). Pada kondisi normal harga kedelai mencapai Rp 7.200 per kilogram.

Baca Juga

Namun kini harganya melonjak menjadi Rp 9.200 per kilogram. Sementara harga kedelai lokal harganya Rp 9.500 per kilogram, namun jarang digunakan oleh industri tempe dan tahu.

Slamet menerangkan, kenaikan harga kedelai ini sebenarnya sudah menjadi hal yang sering diingatkan kepada pemerintah. Sebab pemerintah saat ini dinilai lebih banyak mengimpor produk pangan ketimbang memperdayakan petani produksi petani dalam negeri.

''Bukan hanya kedelai, tapi komoditas lainnya seperti beras dan lainnya,'' kata Slamet. Ia khawatir ketergantungan ini akan terus berlangsung jika pemerintah belum juga menjadikan pertanian pangan dalam negeri berdaulat di negeri sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement