Selasa 15 Dec 2020 08:52 WIB

Wall Street Awal Pekan Ditutup Lebih Rendah

Indeks Nasdaq satu-satunya yang menguat pada perdagangan Senin.

Pialang bekerja di Wall Street
Foto: Colin Ziemer/New York Stock Exchange
Pialang bekerja di Wall Street

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Wall Street sebagian besar lebih rendah pada penutupan perdagangan Senin (14/12), karena investor khawatir kasus Covid-19 yang melonjak di negara itu akan memicu pembatasan tambahan baru. Di sisi lain, harapan vaksin mencegah kerugian lebih dalam.

Indeks Dow Jones Industrial Average berkurang 184,82 poin atau 0,62 persen menjadi berakhir di 29.861,55 poin. Indeks S&P 500 turun 15,97 poin atau 0,44 persen, menjadi menetap di 3.647,49 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup bertambah 62,17 poin atau 0,50 persen, menjadi 12.440,04 poin.

Baca Juga

Sembilan dari 11 sektor utama S&P 500 mundur, dengan energi dan material ditutup masing-masing merosot 3,53 persen dan 1,33 persen, memimpin penurunan. Sektor consumer discretionary dan teknologi keduanya naik lebih dari 0,4 persen, hanya dua kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan.

Indeks S&P 500 berakhir lebih rendah tertekan oleh Walt Disney, sementara Alexion Pharmaceuticals melonjak di tengah tawaran pembelian 39 miliar dolar AS dari AstraZeneca dalam salah satu kesepakatan terbesar tahun ini. 

Alexion Pharmaceuticals Inc adalah salah satu pendorong teratas untuk S&P 500 dan Nasdaq, melonjak sekitar 30 persen ke level tertinggi 4,5 tahun setelah pembuat obat Inggris AstraZeneca mengatakan akan membeli perusahaan biotek AS. Saham AstraZeneca yang terdaftar di AS turun 8,0 persen. 

Sementara itu, Dow Jones Industrial Average mencapai rekor tertinggi sebelum berakhir lebih rendah, ditarik oleh Walt Disney. 

Infeksi Covid-19 AS terus melonjak, memaksa beberapa negara bagian dan kota untuk memberlakukan kembali pembatasan. Wali Kota New York City Bill De Blasio pada Senin memperingatkan warga New York untuk bersiap menghadapi kemungkinan penutupan penuh di tengah lonjakan kasus Covid-19.

Amerika Serikat telah mendaftarkan lebih dari 16,4 juta kasus yang dikonfirmasi dengan kematian terkait mencapai 300.000 pada Senin sore (15/12), berdasarkan penghitungan oleh Universitas Johns Hopkins.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement