REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas menilai program literasi berbasis inklusi sosial harus melibatkan semua kelompok masyarakat atau komunitas. Hal ini sangatlah berguna dan membantu bagi kelompok masyarakat yang perekonomian terdampak pandemi Covid-19.
“Mereka yang peduli akan literasi dan mau berubah akhirnya mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensi dengan menggali hal-hal penting akses ke sumber ilmu pengetahuan yang relevan sebagai upaya pemulihan ekonomi masa Covid-19,” ujar Direktur Agama, Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Amich Alhumami dalam keterangan resmi, Senin (14/12).
Menurut Amich adanya pendampingan dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas) dan difasilitasi informasi yang akurat dan pelatihan yang berbasis inklusi sosial untuk menciptakan SDM unggul, berkualitas dan berdaya saing, menjadi agenda prioritas Bappenas dalam mendorong pembangunan nasional bangsa Indonesia.
“Literasi dan transformasi layanan berbasis inklusi sosial masuk pada prioritas nasional SDM yang bernilai dan menjadi bagian yang melekat pada masyarakat. Fokus konsentrasi ini harus terus ditumbuhkan, sehingga kita bisa bangkit dari pandemi ini sekaligus meningkatkan literasi, sehingga pada akhirnya juga meningkatkan kesejahteraan kehidupan,” ucapnya.
Sementara Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando menambahkan konsep transformasi layanan dari Perpusnas berbasis inklusi sosial mampu menjawab keresahan dan kekhawatiran masyarakat saat situasi pandemi Covid-19. Keterlibatan peran masyarakat lewat bermacam aktivitas transformasi pengetahuan atau transfer knowledge seperti pelatihan, tutorial, dan pendampingan kegiatan memiliki nilai ekonomis, sehingga berdampak pada kesejahteraannya.
“Program ini merupakan konsep yang revolusioner. Sebuah peran dimainkan perpustakaan untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing. Ilmu-ilmu yang ada di perpustakaan kami bagikan kepada masyarakat luas, termasuk masyarakat yang termajinalkan yang selama ini merasa tak lagi mendapat hak pendidikan karena masalah sosial dan ekonominya," ucapnya.
Dikatakan, Perpusnas memberikan pendampingan pilihan ekonomi masyarakat yang dikehendaki. Pihaknya lalu mencarikan informasi agar bisa dipraktekkan agar mampu mendongkrak kemauan dari bawah dan mau berlatih hingga akhirnya mampu membangun usaha mikro sekelas home industry.
"Mereka bisa bangkit dengan mengembangkan usaha sendiri baik 1 bahkan 2 yang selama ini tidak dibayangkan. Jadi kita ajari yang tak sekedar baca, tapi bisa bertransformasi dan membuka usaha baik itu mulai suplier ikan lele, bebek, pengolahan kopi, dan lainnya yang berasal dari alam, maupun buatan," ucapnya.
Menurutnya peran perpustakaan dalam membentuk manusia yang unggul bersumber pada kedalaman pengetahuan yang dimiliki atau literasi. Adapun literasi yang diperoleh dari keaktifan membaca bukan teks namun sudah mampu memahami konteks.
“Kualitas intelektual yang dapat dengan mudah menemukan ide-ide, gagasan atau kreativitas ataupun inovasi baru yang berujung pada kemampuan menciptakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi khalayak luas. SDM yang unggul dan berdaya saing merupakan keberhasilan dari produk literasi, sehingga seseorang bisa menciptakan lapangan kerja sendiri dan meminimalisir penggangguran,” ucapnya.