REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alumni Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) maupun kampus pertanian di bawah Kementerian Pertanian diharap tak menjadikan profesi pegawai negeri sipil (PNS) menjadi pilihan utama. Kementan mendorong agar para mahasiswa menjadi petani muda yang menerapkan budidaya pertanian dengan teknologi.
Smart green house tersebut bekerja dengan sistem sensor yang menggerakkan perangkat robot sehingga dapat mengatur empat unsur mikroklimat yakni suhu, kelembaban, cahaya, dan nutrisi tanaman.
"Setelah lulus, diharapkan mereka bisa menerapkan usaha ini dan kembangkan di desa masing-masing. Diharapkan mereka tidak usah jadi PNS, tapi jadi pengusaha," kata Sarwo saat ditemui di Polbangtan Bogor, Senin (14/12).
Sarwo menekankan, manfaat dari smart green house yakni bisa melakukan tanam dan panen kapanpun karena mikroklimat dapat diatur sesuai kebutuhan tanaman. Dengan begitu, hasil panen dapat disesuaikan dengan mitra perusahaan yang berminat menjadi penyerap sehingga mendapatkan kepastian pasar.
Namun, ia mengakui investasi yang dibutuhkan untuk membangun satu unit smart green house cukup tinggi. Yakni mencapai sekitar Rp 500 juta per unit dengan seluruh peralatannya. "Paling tidak ini bisa diterapkan oleh petani milenial yang punya semangat dan mengerti teknologi," ujarnya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan, salah satu tujuan, pokok, dan fungsi adanya Polbangtan yakni untuk menghasilkan alumni-alumni yang menjadi petani andal. Namun, yang diinginkan adalah petani yang mampu menggunakan teknologi digital 4.0 agar budidaya pertanian bisa menghasilkan produk yang optimal dan berkelanjutan.