REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Pandemi Covid-19 berdampak terhadap industri musik, terutama penyelenggara konser. Menurut publikasi industri konser, Pollstar, total pendapatan yang hilang dari industri live event pada tahun ini mencapai lebih dari 30 miliar dolar AS.
Pada Jumat (11/12), Pollstar merilis laporan akhir tahun yang menjelaskan, industri live event seharusnya mencatatkan pendapatan 12,2 miliar dolar AS pada tahun ini. Tapi, realisasinya, industri justru membukukan kerugian 9,7 miliar dolar AS.
Pollstar menambahkan, angka kerugian 30 miliar dolar AS yang diproyeksikan sudah termasuk event yang tidak dilaporkan, pendapatan tambahan seperti sponsor, tiket, merchandise, transportasi, restoran, hotel dan aktivitas ekonomi lainnya yang terkait dengan acara langsung.
Pada Maret, ratusan artis mengumumkan tur mereka saat ini ataupun yang akan datang perlu ditunda atau dibatalkan akibat pandemi. Sementara, sebagian kecil artis memilih konser drive in atau konser di mana seluruh penontonnnya menyaksikan pertunjukan musik dari mobil, hingga konser digital. Namun, sebagian besar artis belum tampil secara live pada 2020.
Dengan hanya beberapa bulan yang efektif, tur Elton John bertajuk Farewell Yellow Brick Road Tour menduduki puncak daftar Top 100 tur seluruh dunia tahun ini dengan meraup 87,1 juta dolar AS. Tur John berada di peringkat pertama tahun lalu dengan keuntungan kotor 212 juta dolar AS.
Celine Dion berada di urutan kedua tahun ini dengan 71,2 juta dolar AS, diikuti Trans-Siberian Concert (58,2 juta dolar AS), U2 (52,1 juta dolar AS) dan Quuen+Adam Lambert (44,6 juta dolar AS). Post Malone, Eagles, Jonas Brothers, Dead & Company dan Andrea Bocelli melengkapi 10 besar.
Salah satu pimpinan Oak View Group yang mengawasi Pollstar, Ray Waddell, mengatakan, tahun ini merupakan momen yang sangat sulit bagi industri event. Mereka terkena dampak pandemi Covid-19 secara tidak proporsional.
"Meski menyakitkan dengan kerugian yang dihadapi industri kami dan banyak rekan kami, kami memahami ini adalah upaya kritis untuk memfasilitasi pemulihan yang untungnya sudah di depan mata," kata Waddell, seperti dilansir di AP News, Jumat (11/12).
Waddell menyebutkan, pemulihan industri akan semakin terakselerasi dengan keberadaan vaksin, pengujian yang lebih baik, protokol keselamatan dan kebersihan baru, konsep tiket dengan teknologi tinggi dan inovasi lain. Ia optimistis, tahun depan akan menjadi momentum yang sangat berbeda terhadap industri.