Sabtu 12 Dec 2020 06:32 WIB

Pengusaha Hotel dan Restoran Harapkan Okupansi Pemerintah

Pertemuan virtual menjadi tantangan besar bagi industri hotel dan restoran.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Pekerja membersihkan ruang dan kamar di Hotel The Priangan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat (ilustrasi). PHRI berharap adanya kenaikan okupansi dari kegiatan kunjungan kerja yang dilakukan oleh lembaga negara.
Foto: ANTARA/Adeng Bustomi
Pekerja membersihkan ruang dan kamar di Hotel The Priangan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat (ilustrasi). PHRI berharap adanya kenaikan okupansi dari kegiatan kunjungan kerja yang dilakukan oleh lembaga negara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) berharap adanya kenaikan okupansi dari kegiatan kunjungan kerja yang dilakukan oleh lembaga negara. Pangsa pasar kunjungan wisata untuk keperluan kerja menjadi sektor yang diandalkan oleh hotel dan restoran.

"Kalau mau pulih, maka harus bicara permintaan dan itu tentunya kembali ke pemerintah yang sangat membantu dengan berkegiatan di hotel-hotel," kata Sekretaris Jenderal PHRI, Maulana Yusran saat dihubungi, Jumat (11/12).

Baca Juga

Ia mengatakan, business tourism hanya dapat ditingkatkan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Sementara itu, untuk pangsa pasar wisatawan yang murni untuk berwisata belum dapat diandalkan. Sebab, periode berwisata hanya pada momen libur sekolah maupun libur hari besar keagamaan.

Hanya saja, Maulana menuturkan, bergesernya tren pertemuan dari tatap muka menjadi virtual nyatanya menjadi tantangan besar bagi industri hotel dan restoran. Oleh karena itu, perilaku masyarakat dalam tren kegiatan pekerjaan perlu kembali diubah.

"Untuk dongkrak permintaan di situasi seperti ini adalah bagaimana memberikan kepercayaan pada pasar bahwa berwisata tidak berdampak pada penyebaran virus," ujar Maulana.

Di tengah banyaknya tantangan industri pariwisata, PHRI tetap optimistis bakal mendapatkan peningkatan pengunjung saat momen akhir tahun. Optimisme itu tetap ada meskipun pemerintah memutuskan untuk memangkas libur akhir tahun demi mencegah penyebaran virus corona.

Maulana mengatakan, pergerakan wisatawan dipastikan mengalami peningkatan. Namun, kemungkinan tidak dapat maksimal lantaran masa libur yang dipangkas.

"Saya yakin pergerakan itu pasti terjadi. Hanya masalahnya dengan pemotongan libur, berapa lama okupansi bisa bertahan di level tinggi, itu nanti yang akan diukur," kata Maulana.

Ia mengatakan, adanya sertifikasi Clean, Health, Safety & Environment (CHSE) dinilai cukup membantu bagu pengusaha hotel dan restoran. Sebab, sebelum adanya sertifikasi, para pelaku usaha hanya melakukan deklarasi atau klaim sendiri atas penerapan protokol kesehatan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement