REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah menilai proses pemisahan kepemilikan dari induk atau spin off memiliki tantangan permodalan. Setidaknya saat proses perencanaan, BNI Syariah harus menyiapkan modal minimum senilai Rp 1 triliun.
Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah Wahyu Avianto mengatakan proses spin off dari unit usaha syariah (UUS) menjadi badan usaha syariah (BUS) memang tidak mudah. Jika permodalan kecil untuk proses spin off maka sulit untuk dapat berkembang dan bersaing.
"Proses spin off adalah proses yang panjang. BNI Syariah memang sudah spin off sejak 2010, tetapi proses persiapannya sudah dimulai sejak 2003. Selain itu, juga ada beberapa tantangan dalam pelaksanaan spin off,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Rabu (2/12).
Kemudian, tantangan kedua terkait sumber daya manusia dari BNI Syariah. Pada saat perencanaan, Wahyu beserta jajarannya melakukan survei pada karyawan terkait rencana spin off.
“Kami ingin memastikan, karyawan nyaman dengan lingkungan kerja yang akan beralih menjadi syariah. Hasilnya lebih dari 95 persen karyawan setuju akan rencana spin off BNI Syariah,” ucapnya.
Terakhir tantangan ketiga terkait infrastruktur, produk, dan strategi BNI Syariah. Adapun ketiga aspek ini memerlukan banyak penyesuaian setelah beralih menjadi BUS.
“Maka dari itu, kami memastikan untuk terus berkomunikasi dengan induk perusahaan Bank BNI agar tercipta iklim saling support, proses ini dapat mengakselerasi bisnis UUS menjadi lebih cepat karena lebih fokus dan independen,” ucapnya.