REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Ceria Metalindo Indotama (CMI), entitas anak PT Ceria Nugraha Indotama (CNI), menandatangani kontrak kerja sama dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mengerjakan pembangunan smelter nikel di Wolo, Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama PT CNI Derian Sakmiwata dan Direktur Operasi II WIKA Harum Akhmad Zuhdi, pekan ini. WIKA mendapat kepercayaan sebagai pelaksana proyek itu berdasarkan evaluasi administrasi, teknis, harga, kualifikasi dan verifikasi oleh PT CNI.
Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito menyambut positif kepercayaan besar yang diberikan PT CNI. "Insya Allah, proyek ini dapat selesai tepat waktu dengan kualitas yang memuaskan dan bisa menjadi titik ungkit kebangkitan industri berbasis mineral," kata Agung melalui siaran pers, Sabtu (28/11).
Direktur Utama PT CNI Derian Sakmiwata berharap PT CNI bisa mengoptimalkan besarnya potensi nikel di dalam negeri. "Juga menjadikan industri hulu dan hilir nikel sebagai sektor yang diprediksi bakal prospektif dalam beberapa tahun ke depan," kata Derian.
Ia menambahkan, nikel akan menjadi harapan demi menggenjot pertumbuhan industri logam dasar, sekaligus pertumbuhan ekonomi nasional. Rencananya proyek smelter nikel ini akan berlangsung selama 36 bulan kalender kerja. Lingkup pekerjaan CNI meliputi engineering, procurement, construction, commisioning, dan financing.
Pembangunan pabrik feronikel itu akan terdiri dari dua lajur produksi, jalur produksi 3 dan 4 (2 x72 MVA) dengan nilai kontrak sebesar Rp 2,8 triliun dan 180 juta dolar AS.
Masing-masing lajur ditunjang dengan fasilitas produksi utama, yaitu Rotary Dryer berkapasitas 196 ton per jam (wet base), Rotary Kiln berkapasitas 178 ton per jam (wet base), Electric Furnace berkapasitas 72 MVA serta peralatan penunjang lainnya.
Proyek ditargetkan selesai pada 2023 dan mampu mencapai kapasitas produksi sebesar 27.800 ton nikel per tahun (Ferronickel 22 persen Ni).