REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Di masa pandemi ini sektor pertanian mampu menunjukkan kinerjanya yang bagus. Indeks ketahanan pangan terus meningkat dari 2017 sampai dengan 2019 sebesar 62,6 sehingga prioritas keamanan pangan menjadi penting untuk menyediakan pangan yang berguna dan mendorong sektor produktif dalam negeri.
Berangkat dari ini, Kementerian Sekretariat Negara menyelenggarakan webinar dengan tema 'Food Estate untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Indonesia' dalam rangka penyusunan analisis kebijakan di bidang ketahanan pangan.
Prastiwi Utami dari Sekretariat Wapres menyebutkan permasalahan pertanian tahun 2020 terkait stagnasi provitas, keterjangkauan dan konsumsi pangan yang berkualitas, meningkatkan bencana hidrometeorologi serta upaya pembangunan berketahanan bencana belum maksimal. Untuk mengantisipasi kondisi pangan saat ini, pemerintah mendorong penyiapan pangan nasional melalui program Food Estate.
"Food Estate sebagai program pengembangan produksi pangan secara terintegrasi dalam skala luas . Konsep inilah yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan pangan," kata Prastiwi.
Salah satu pembicara pada acara tersebut Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi mengatakan inti ketahanan pangan mencakup keamanan pangan. Ada tiga pilar, pertama aspek ketersediaan, kedua distrbusi dan ketiga akses konsumsi.
"Di masa pandemi memang ada kendala. Dalam ketersediaan tidak ada masalah karena tanam terus, distribusi saja yang agak terganggu pada awal masa pandemi dan alhamdulillah sudah membaik,” ujarnya.
Suwandi menegaskan pada pandemi covid 19 ini, sektor pertanian justru memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional. Berdasarkan data BPS, sektor pertanian berkontribusi besar terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) dimana kuartal II 2020 tumbuh hingga mencapai 16,24 persen (q to q), dan kuartal III masih tumbuh 2,15 persen. "Tidak hanya PDB yang positif tapi juga ekspor meningkat. Selama beberapa bulan ini secara nasional tumbuh positif dibandingkan tahun lalu. Misal bulan September 2020 dibanding September tahun lalu tumbuh 16,2% dan bulan-bulan sebelumnya juga positif," katanya.
"Periode Januari sampai September kontribusi nilai ekspor pertanian mencapai Rp 304 triliun, naik sekitar 10%. Begitu pula dengan Nilai Tukar Petani (NTP) bulan Oktober sebesar 102 dan mulai membaik walaupun fluktuasi tiap bulannya," pinta Suwandi.
Menurut Suwandi, salah satu faktor yang mendorong kinerja bagus ini salah satunya adalah penyerapan KUR. Hingga saat ini, serapan KUR sudah mencapai Rp 46 triliun dan untuk padi saja Rp 9 triliun, angka ini melebihi APBN untuk padi. "Subsektor Tanaman Pangan ada sekitar Rp 14 triliun. Ini mendidik dan paradigma baru. Ketergantungan APBN jadi berkurang sehingga lebih mandiri,” katanya.
Lebih lanjut Suwandi mengatakan upaya mencapai ketahanan pangan salah satu yang ditetapkan Presiden Jokowi dilakukan dengan membentuk Food Estate di Kalimantan Tengah dan Humbang Hasundutan. Saat ini Food estate tahun pertama masih di lokasi eksisting, sedangkan tahun besok sudah ekstend di lokasi yang setelah selesai dikerjakan Kementerian PUPR. Begitu pula kawasan Humbang Hasundutan sedang jalan progres pengembangan food estate.
"Bahkan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo tahun depan tiap Provinsi ada minimal satu kawasan Food Estate. Saya menginginkan nantinya setiap kabupaten membentuk minimal satu korporasi dengan skala luas dan manajemen yang efisien,” tuturnya
Suwandi menjelaskan korporasi ini tidak hanya berhenti pada pembentukan kelembagaan namun berlanjut dengan Integrated Farming. Mekanisasi juga perlu supaya simpel, cepat dan efisien.
"Selain itu juga penting hilirisasi untuk naikkan nilai tambah. Semua produk turunan diolah supaya dapat nilai tambah," katanya.
Atas hal tersebut, dalam bidang teknologi perbenihan, telah disiapkan berbagai macam varietas unggul baru. Muhammad Syakir, selaku Ketua Umum Peragi menyebutkan saat ini ada 32 varietas unggul batu (VUB) padi dalam kurun waktu 5 tahun untuk lahan rawa, sawah, lahan kering dan kebutuhan khusus serta ekspor. Begitu pula komoditas jagung, gandum dan sorgum telah dilepas 19 varietas unggul baru yang prodyktivitasnya tinggi dan adaptif di dataran. "Komoditas kedelai dan umbi juga telah dilepas 29 VUB yang provitasnya tinggi dan toleran terhadap cekaman. Dengan varietas unggul baru itu, dipastikan mampu mendongkrak provitas tanaman pangan," jelasnya.
Food Estate yang akan menjadi icon pilot project ketahanan pangan ini memang sedang dipersiapkan konstruksi lahan oleh Kementerian PUPR. Suria Lubis dari Kementerian PUPR menyatakan mendukung penuh Food Estate ini.
"Saat ini Kementerian PUPR sedang menyiapkan kontruksi lahan di Kalteng dan sistem drainase sedang dibangun," sebut Suria.
Hal yang sama juga disampaikan Dosen FEma IPB Ernan Rustiadi. Ia mengatakan memang ada tantangan pertanian saat ini seperti sebaran produksi yang tidak merata, alih fungsi lahan, serta daya saing dari sisi efisiensi produksi dan logistik.
Menurutnya, agenda ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan sebenarnya sudah dijalankan pemerintah selama ini. Seperti halnya ekstensifikasi, intensifikasi, diversifikasi, efisiensi dan optimasi logistik, reforma agraria dan terakhir yang sedang gencar dilakukan adalah korporasi. "Food Estate akan menjadi contoh nyata pengembangan korporasi yang terintegrasi. Saya berharap konsep korporasi yang telah diaebutkan Pak Dirjen Tanaman Pangan tadi bisa segera direplikasi di semua wilayah. Karena dengan pendekatan korporasi ini akan memacahkan masalah selama ini soal gap dengan perusahaan," ucap Ernan.