Selasa 24 Nov 2020 15:02 WIB

Analis Nilai Kebijakan Harga Gas Pengaruhi Fundamental PGN

Kinerja PGN akan menjadi semakin stabil

Petugas PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk memeriksa memeriksa tekanan pada instalasi
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Petugas PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk memeriksa memeriksa tekanan pada instalasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis pasar modal Fendi Susiyanto menilai kebijakan harga gas industri akan mempengaruhi fundamental bisnis Perusahaan Gas Negara (PGN). Sejak awal pekan ini harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) terus menguat.

Setelah di akhir pekan lalu berada di level Rp 1.180, saham berkode PGAS ini melesat 15,6 persen ke posisi Rp 1.365 per saham. Melesatnya harga saham PGN ini terjadi dit engah berbagai upaya efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan.

Salah satunya proyek pipa minyak Rokan yang biayanya dipangkas hingga 150 juta dolar AA atau senilai Rp 2,1 triliun menjadi 300 juta dolar AS, berdasarkan data Fendi kepada Antara di Jakarta, Kamis. Selain langkah efisiensi, sejak kebijakan pemerintah menetapkan harga gas untuk tujuh sektor industri tertentu, termasuk PLN di kisaran 6 dolar AS per mmbtu, pelanggan baru PGN dari sektor industri juga terus bertambah.

Pada September 2020, penyerapan gas bumi PGN di tujuh sektor industri itu naik menjadi 230 billion british thermal unit per day (BBTUD) dari sebelumnya 219 BBTUD di Agustus 2020. Ada lima pelanggan baru yang beralih menggunakan gas PGN seperti PT Krakatau Steel Tbk, PT Krakatau Wajatama, PT Krakatau POSCO, PT Indonesia Pos Chemtech Cosun Red dan PT Stollberg Samil Indonesia. Kelima perusahaan itu menyerap gas sebanyak 10-15 BBTUD.

Dengan penerapan harga gas industri tertentu oleh pemerintah tersebut, margin PGN dari bisnis gas bumi saat ini menjadi sekitar 2 dolar per mmbtu. Ini terjadi mengingat 61 persen dari penjualan gas PGN sebanyak 811 mmscfd sampai kuartal III 2020, dialokasikan untuk industri tertentu.

Ada tiga value driver Utama bagi PGN, yaitu (1) Efesiensi, (2) Peningkatan volume, (3) perubahan bisnis model yang lebih efektif. Dampak dari harga gas yang teregulasi itu membuat potensi pertumbuhan revenue dan EBITDA perseroan akan berbeda dibandingkan sebelumnya.

"Intinya tidak tepat jika melihat proyeksi PGAS hanya dari satu sisi yaitu harga yang teregulasi turun, tapi harus dilihat juga dari potensi meningkatnya volume penjualan dan efisiensi yang gencar dilakukan," ujar Fendi, pendiri Finvesol Consulting.

Lebih lanjut Fendi menjelaskan, sebagai perusahaan yang menguasai lebih dari 80 persen jaringan gas bumi di Indonesia, kinerja PGN akan menjadi semakin stabil. Apalagi dengan harga gas yang lebih efisien dan ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar lain, seperti minyak bumi dan batubara, PGN memiliki ruang yang besar untuk meningkatkan volume gasnya.

"Fundamental bisnis PGN akan tetap solid dalam jangka panjang. Penguasaan infrastruktur gas bumi dan tren peningkatan kebutuhan industri terhadap energi yang efisien akan menguntungkan PGN," jelas Fendi.

Selain pipa minyak Rokan yang diproyeksikan beroperasi Januari 2022, PGN juga tengah menyelesaikan proyek pipa gas dari Gresik ke Semarang. Pipa ini akan menyalurkan gas bumi diantaranya dari Lapangan Jambaran Tiung Biru di Bojonegoro untuk kebutuhan PLTGU Tambak Lorok, Semarang.

Keberadaan pipa Gresik-Semarang ini dapat dioptimalkan untuk memasok kebutuhan gas di sejumlah kawasan industri baru diwilayah di Jawa Tengah. Tiga perusahaan BUMN, PT Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW), PT Pembangunan Perumahan (PTPP), dan PT Perkebunan Negara (PTPN) IX, membentuk konsorsium untuk mengelola Kawasan Industri Terpadu Batang.

Sementara PT Jababeka Tbk dan Sembcorp Development Ltd (Singapura) lebih dulu mengembangkan Kendal Industrial Parks yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada 14 November 2016. Fendi menilai secara teknikal saham PGN masih berpotensi untuk menguat hingga level Rp 1.550 dalam jangka pendek (1-3 minggu ke depan).

Bahkan secara Teknikal jangka menengah berpeluang mencapai resistance level 1650. Namun bagi investor yang menginginkan hasil investasi yang optimal, saham PGN lebih tepat untuk pilihan jangka panjang. Dengan stabilitas bisnis yang semakin terjaga dan posisi PGN sebagai bagian dari BUMN, selalu ada potensi dividen tahunan, maka profil Investasi saham PGAS memberikan efek risiko moderat dengan potensi dividen yield dan capital gain yang relatif tinggi.

"Sebagai penguasa bisnis gas bumi, PGN adalah pilihan investasi jangka panjang yang menarik. Apalagi sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara), PGN juga ditarget untuk membayar deviden setiap tahun," imbuhnya.

Dalam risetnya 14 Oktober 2020, UOB Kay Hian menargetkan harga saham PGAS hingga level Rp1,530 per saham. Sementara riset Kresna Sekuritas dalam risetnya 12 Oktober merekomendasikan beli saham PGAS dengan target harga Rp1,570 per saham.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement