Jumat 20 Nov 2020 21:50 WIB

Menkop Perkuat Kemitraan Koperasi dengan TaniHub

Lembaga keuangan tidak akan ragu, karena produk pertanian sudah ada yang menyerap

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Gita Amanda
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mendorong koperasi sektor produksi bermitra dan berkolaborasi dengan TaniHub Group. (ilustrasi)
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mendorong koperasi sektor produksi bermitra dan berkolaborasi dengan TaniHub Group. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mendorong koperasi sektor produksi bermitra dan berkolaborasi dengan TaniHub Group. Maka, komoditi yang dihasilkan bisa terserap pasar dengan harga bagus bagi petani.

"Oleh karena itu, saya berharap para petani bergabung dengan koperasi yang terhubung langsung ke pasar. Jadi, petani bisa fokus menghasilkan produk berkualitas," ujar Teten melalui siaran pers, Jumat (20/11)

Baca Juga

Model bisnis seperti itu, kata dia, harus terus dikembangkan. "Saya ingin bagaimana para petani yang memiliki lahan sempit, sekitar setengah hektare, tapi bisa masuk dalam skala ekonomi," jelas dia.

Kalau masih dengan model seperti sekarang, kata Teten, mereka tidak akan pernah bisa maju atau kecil terus. "Jadi, bisnis model yang dikembangkan TaniHub ini merupakan satu lompatan besar membangun bisnis pertanian yang melibatkan banyak orang," tuturnya.

Ia meyakini, bila pasar komoditinya sudah ada yang menjamin atau membeli, lembaga pembiayaan pun bakal mau membiayai. "Lembaga keuangan tidak akan ragu-ragu lagi, karena produknya sudah ada yang menyerap," ujar dia.

Melalui infrastruktur lengkap yang sudah dimiliki TaniHub, Teten pun mendorong petani melalui koperasi bisa bermitra dengan TaniHub. Langkah ini juga demi mewujudkan program korporatisasi pertanian.

"Ekosistem yang sudah dibangun TaniHub tersebut merupakan bisnis model yang terkonsolidasi. Ini juga bisa dikembangkan ke sektor lain seperti perkebunan, perikanan, peternakan, dan sebagainya," jelasnya.

Ke depan, ujar dia, akan menjadikan ekosistem TaniHub sebagai bisnis model korporatisasi pertanian. Di dalamnya ada petani, koperasi, serta offtaker yakni TaniHub. Termasuk akses terhadap pembiayaan.

Presiden Direktur TaniHub Group Pamitra Wineka turut bercerita latar belakang pihaknya membangun PPC TaniHub. "Bayangkan, setiap mengirim buah-buahan dari Malang ke Jakarta, selama 24 jam, hampir 40 persen produk dalam kondisi rusak saat tiba di Jakarta," ungkapnya.

Sedangkan buah Lengkeng dari Thailand, dengan lama perjalanan sekitar seminggu, tingkat kerusakan produk hanya 5 persen. "Sehingga, kita bangun PPC TaniHub sebagai solusi untuk masalah tersebut," tegas Eka.

Di PPC, pihak TaniHub membantu petani dengan langkah mencuci, mensortir, pengemasan, dan lain-lain. "Kita siap mendukung petani dan koperasi, walau mereka tidak menjual komoditinya ke TaniHub," tukas Eka.

Terkait kehadiran TaniHub Group, menurut Eka, lahir dari keprihatinan akan rendahnya pertumbuhan koperasi pertanian di Indonesia. Bahkan, kalangan lembaga keuangan menganggap sektor pertanian dengan label high risk atau berisiko tinggi.

"Saya pelajari kenapa dianggap high risk, ternyata berkaitan dengan penjualan dan pemasaran. Oleh karena itu, kita bentuk yang namanya TaniHub yang menghubungkan dengan pasar. Untuk memperkuat itu, kita bentuk lagi yang namanya TaniSupply untuk mengurusi supply chain, dan TaniFund untuk urusan pembiayaan," jelas Eka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement